Dokter: motivasi faktor terpenting untuk berhenti merokok
2 Mei 2019 20:58 WIB
Spesialis paru Rumah Sakit Persahabatan dr Feni Fitriani Taufik dalam diskusi bertajuk "Perempuan Target Industri Rokok" yang diadakan Jaringan Perempuan Peduli Pengendalian Tembakau (JP3T) di Jakarta, Kamis (2/5/2019). (ANTARA/Dewanto Samodro)
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis paru Rumah Sakit Persahabatan dr Feni Fitriani Taufik mengatakan faktor terpenting bagi seorang pecandu rokok untuk berhenti merokok adalah motivasi.
"Meskipun istrinya marah-marah seperti apa, kalau dia tidak memiliki motivasi untuk berhenti merokok tetap akan susah," kata Feni dalam diskusi yang diadakan Jaringan Perempuan Peduli Pengendalian Tembakau (JP3T) di Jakarta, Kamis.
Feni mengatakan seorang pecandu rokok memang akan sulit untuk berhenti. Ada masa-masa sulit untuk berhenti merokok setidaknya satu bulan pertama. Mereka akan merasa kreativitasnya terganggu karena faktor kecanduan.
Bahkan ketika sudah mengidap penyakit paru pun, mereka masih tetap merasa tidak ada yang salah dengan perilaku merokok mereka.
"Pasien paru cenderung menyalahkan pabrik rokok dan mengatakan seharusnya pabrik rokok ditutup. Biasanya kemudian saya sampaikan mengapa dulu ketika masih sehat memilih untuk merokok," tuturnya.
Menurut Feni, dampak fatal rokok terhadap kesehatan biasanya baru terlihat setelah lebih dari 20 tahun merokok dengan berbagai penyakit seperti paru, jantung, stroke, dan lain-lain.
Feni menjadi salah satu narasumber dalam diskusi yang diadakan JP3T bertajuk "Perempuan Target Industri Rokok". Selain Feni narasumber lain dalam diskusi itu adalah Wakil Ketua Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Budi Wahyuni.
Baca juga: Emil Salim: generasi muda harus diselamatkan dari kecanduan
Baca juga: Kecanduan rokok itu gangguan jiwa
Baca juga: Berhenti merokok lewat metode lagu
"Meskipun istrinya marah-marah seperti apa, kalau dia tidak memiliki motivasi untuk berhenti merokok tetap akan susah," kata Feni dalam diskusi yang diadakan Jaringan Perempuan Peduli Pengendalian Tembakau (JP3T) di Jakarta, Kamis.
Feni mengatakan seorang pecandu rokok memang akan sulit untuk berhenti. Ada masa-masa sulit untuk berhenti merokok setidaknya satu bulan pertama. Mereka akan merasa kreativitasnya terganggu karena faktor kecanduan.
Bahkan ketika sudah mengidap penyakit paru pun, mereka masih tetap merasa tidak ada yang salah dengan perilaku merokok mereka.
"Pasien paru cenderung menyalahkan pabrik rokok dan mengatakan seharusnya pabrik rokok ditutup. Biasanya kemudian saya sampaikan mengapa dulu ketika masih sehat memilih untuk merokok," tuturnya.
Menurut Feni, dampak fatal rokok terhadap kesehatan biasanya baru terlihat setelah lebih dari 20 tahun merokok dengan berbagai penyakit seperti paru, jantung, stroke, dan lain-lain.
Feni menjadi salah satu narasumber dalam diskusi yang diadakan JP3T bertajuk "Perempuan Target Industri Rokok". Selain Feni narasumber lain dalam diskusi itu adalah Wakil Ketua Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Budi Wahyuni.
Baca juga: Emil Salim: generasi muda harus diselamatkan dari kecanduan
Baca juga: Kecanduan rokok itu gangguan jiwa
Baca juga: Berhenti merokok lewat metode lagu
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: