Perusahaan sawit UWTL replanting 350 ha tahun ini
2 Mei 2019 15:43 WIB
Manajer Kebun Inti PT Unggul Widya Teknologi Lestari (UWTL) Abdul Kadir Samming di area pembibitan kelapa sawit perkebunan UWTL di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat. (ANTARA/Mentari Dwi Gayati)
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan perkebunan sawit PT Unggul Widya Teknologi Lestari (UWTL) pada tahun ini akan melakukan penamanan kembali atau replanting tanaman kelapa sawit pada kebun inti seluas 350 hektare.
Manager Plasma PT UWTL Sugianto mengatakan selain kebun inti atau kebun yang dikelola oleh perusahaan, UWTL juga menargetkan pada tahun ini ada 500 hektare lahan kebun plasma yang akan dilakukan replanting.
"Yang mau direplanting tahun ini 350 hektare di Kebun Inti 1 dan Inti 2, untuk kebun rakyat kami rencanakan setiap tahunnya 500 hektare, namun sebenarnya untuk 800 hektare sudah siap untuk dicairkan," kata Sugianto di sela-sela kunjungan media ke perkebunan sawit PT UWTL di di Kecamatan Baras, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, Rabu (1/5).
Ada pun program penanaman kembali kelapa sawit ini merupakan bagian dari target replanting pemerintah, yakni Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan seluas 200.000 hektare (ha) pada tahun 2019.
Setidaknya untuk melakukan replanting, dibutuhkan dana sebesar Rp25 juta per ha dengan menggunakan dana yang dikelola oleh Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS).
PT UWTL sendiri memiliki luas kebun inti sebesar 6.348 hektare (ha) dan kebun plasma 6.140 ha, perusahaan menghasilkan CPO sebanyak 10.000 ton per bulan (dengan rendemen 21-22 persen).
Untuk merealisasikan target replanting ini, PT UWTL telah menyiapkan bibit hingga 62.000 pokok tanaman dengan usia tujuh bulan. Bibit ini siap untuk dipindahkan ke kebun pada usia 12 bulan.
Manajer Kebun Inti PT UWTL Abdul Kadir Samming menjelaskan bahwa perusahaan menghasilkan bibit unggul dengan harga jual ke petani sebesar Rp45 ribu pokok siap tanam. Idealnya, satu hektare lahan memerlukan 140 batang benih dengan jarak tanam 9x9 meter.
"Kami memang menyediakan sendiri bibit unggul untuk replanting masyarakat. Kalau tidak dilayani seperti ini, mereka bisa tertipu membeli bibit palsu yang lebih murah," kata Abdul Kadir.
Ancaman bibit palsu
Abdul Kadir menjelaskan bahwa sering kali petani tergoda dengan membeli bibit kelapa sawit yang lebih murah, dengan harga Rp25.000 per batang.
Padahal, penggunaan bibit palsu akan merugikan petani, baik dari segi biaya, waktu maupun produksi TBS yang dihasilkan. Dengan penggunaan bibit yang berkualitas, tanaman sawit mampu menghasilkan 24 ton TBS per ha per tahun dengan rendemen 21-22 persen.
Sementara itu, jika menggunakan bibit palsu hanya bisa menghasikan sekitar 12 ton TBS per ha per tahun dengan rendemen 17-18 persen. Biaya perawatan sawit pun tidaklah murah yakni Rp50 juta per ha mulai dari penanaman hingga menghasilkan buah (tanaman menghasilkan/TM) pada tahun kelima.
"Kalau bibit palsu kelihatan TBS nya kecil, cangkangnya saja tebal tapi daging buahnya tipis sehingga kandungan CPO yang dihasilkan rendah," katanya.
Untuk memproduksi bibit sendiri, PT UWTL membeli kecambah sawit yang diproduksi oleh PT Dami Mas di Palembang. PT UWTL juga terus mengimbau kepada para petani untuk membeli benih di agen resmi dengan sertifikasi resmi dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Manager Plasma PT UWTL Sugianto mengatakan selain kebun inti atau kebun yang dikelola oleh perusahaan, UWTL juga menargetkan pada tahun ini ada 500 hektare lahan kebun plasma yang akan dilakukan replanting.
"Yang mau direplanting tahun ini 350 hektare di Kebun Inti 1 dan Inti 2, untuk kebun rakyat kami rencanakan setiap tahunnya 500 hektare, namun sebenarnya untuk 800 hektare sudah siap untuk dicairkan," kata Sugianto di sela-sela kunjungan media ke perkebunan sawit PT UWTL di di Kecamatan Baras, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, Rabu (1/5).
Ada pun program penanaman kembali kelapa sawit ini merupakan bagian dari target replanting pemerintah, yakni Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan seluas 200.000 hektare (ha) pada tahun 2019.
Setidaknya untuk melakukan replanting, dibutuhkan dana sebesar Rp25 juta per ha dengan menggunakan dana yang dikelola oleh Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS).
PT UWTL sendiri memiliki luas kebun inti sebesar 6.348 hektare (ha) dan kebun plasma 6.140 ha, perusahaan menghasilkan CPO sebanyak 10.000 ton per bulan (dengan rendemen 21-22 persen).
Untuk merealisasikan target replanting ini, PT UWTL telah menyiapkan bibit hingga 62.000 pokok tanaman dengan usia tujuh bulan. Bibit ini siap untuk dipindahkan ke kebun pada usia 12 bulan.
Manajer Kebun Inti PT UWTL Abdul Kadir Samming menjelaskan bahwa perusahaan menghasilkan bibit unggul dengan harga jual ke petani sebesar Rp45 ribu pokok siap tanam. Idealnya, satu hektare lahan memerlukan 140 batang benih dengan jarak tanam 9x9 meter.
"Kami memang menyediakan sendiri bibit unggul untuk replanting masyarakat. Kalau tidak dilayani seperti ini, mereka bisa tertipu membeli bibit palsu yang lebih murah," kata Abdul Kadir.
Ancaman bibit palsu
Abdul Kadir menjelaskan bahwa sering kali petani tergoda dengan membeli bibit kelapa sawit yang lebih murah, dengan harga Rp25.000 per batang.
Padahal, penggunaan bibit palsu akan merugikan petani, baik dari segi biaya, waktu maupun produksi TBS yang dihasilkan. Dengan penggunaan bibit yang berkualitas, tanaman sawit mampu menghasilkan 24 ton TBS per ha per tahun dengan rendemen 21-22 persen.
Sementara itu, jika menggunakan bibit palsu hanya bisa menghasikan sekitar 12 ton TBS per ha per tahun dengan rendemen 17-18 persen. Biaya perawatan sawit pun tidaklah murah yakni Rp50 juta per ha mulai dari penanaman hingga menghasilkan buah (tanaman menghasilkan/TM) pada tahun kelima.
"Kalau bibit palsu kelihatan TBS nya kecil, cangkangnya saja tebal tapi daging buahnya tipis sehingga kandungan CPO yang dihasilkan rendah," katanya.
Untuk memproduksi bibit sendiri, PT UWTL membeli kecambah sawit yang diproduksi oleh PT Dami Mas di Palembang. PT UWTL juga terus mengimbau kepada para petani untuk membeli benih di agen resmi dengan sertifikasi resmi dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019
Tags: