Indonesia ingin tingkatkan kerja sama pendidikan dengan OKI
2 Mei 2019 15:01 WIB
Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah dan OKI Alwi Shihab menjelaskan mengenai Simposium untuk Meningkatkan Kemitraan Pendidikan Tinggi untuk Mendukung Kerja Sama Ekonomi antara Indonesia, Timur Tengah, dan Negara-negara OKI di Jakarta, Kamis (2/5/2019). ANTARA/Yashinta Difa/aa
Jakarta (ANTARA) - Indonesia ingin meningkatkan kerja sama pendidikan tinggi dengan negara-negara Timur Tengah dan anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang ditujukan untuk mendukung ekonomi.
Peningkatan kerja sama terutama di bidang-bidang keilmuan yang terkait ekonomi dinilai penting karena selama ini sebagian besar kemitraan Indonesia dan negara-negara Timur Tengah maupun OKI masih terfokus pada bidang pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.
“Karena itu kita perlu bertukar pikiran dan pengalaman untuk menyusun formula guna mengintensifkan kerja sama pendidikan tinggi yang bertujuan pada peningkatan kerja sama ekonomi,” kata Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah dan OKI Alwi Shihab saat membuka Simposium untuk Meningkatkan Kemitraan Pendidikan Tinggi guna Mendukung Kerja Sama Ekonomi antara Indonesia, Timur Tengah, dan Negara-negara OKI di Jakarta, Kamis.
Menurut Alwi, gagasan untuk meningkatkan kerja sama pendidikan tinggi dengan negara-negara OKI dan Timur Tengah sejalan dengan fokus pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM), utamanya melalui pendidikan bidang sains dan teknologi, setelah hampir lima tahun terakhir fokus pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas.
“Mengapa tidak memanfaatkan persaudaraan kita dengan negara-negara OKI, karena ternyata mereka memiliki universitas-universitas berkaliber tinggi yang tidak kalah hebat dengan universitas di Eropa atau Amerika,” tutur mantan Menteri Luar Negeri era Presiden Abdurrahman Wahid itu.
Sejumlah perguruan tinggi di Timur Tengah dan negara-negara OKI termasuk dalam 500 universitas terbaik dunia, seperti, Middle East Technical University dan Istanbul Teknik Universitesi di Turki; University of Tehran dan Sharif University of Technology di Iran; King Saud University di Arab Saudi; serta University of Malaysia.
Majunya pendidikan di sejumlah negara tersebut juga didukung kapasitas ekonomi.
Bank Dunia mencatat bahwa pada 2017, sebanyak 12 negara Timur Tengah dan OKI memiliki pendapatan nasional bruto per kapita lebih dari 3.896 dolar AS dan termasuk dalam kategori negara dengan penduduk berpenghasilan menengah ke atas, yakni, Azerbaijan, Algeria, Irak, Iran, Jordania, Kazakhstan, Lebanon, Libya, Malaysia, Maladewa, Turki, serta Turkmenistan.
Bahkan tujuh negara di kawasan tersebut masuk kategori negara dengan penduduk berpenghasilan tinggi dengan pendapatan nasional bruto per kapita lebih dari 12.055 dolar AS, yaitu, Brunei Darussalam, Bahrain, Kuwait, Oman, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
Kemajuan serupa juga dicapai oleh Indonesia yang muncul sebagai pasar berkembang dan diproyeksikan menempati peringkat enam dunia sebagai negara dengan ekonomi terbesar pada 2023. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,4 persen dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita 5.120 dolar AS.
"Melihat data-data tersebut, sebenarnya masih banyak peluang kerja sama ekonomi yang bisa dikerjasamakan antara Indonesia dan negara-negara Timur Tengah dan OKI, melalui kemitraan pendidikan tinggi," tutur Alwi.
Kerja sama yang akan dilaksanakan antara perguruan tinggi Indonesia dengan mitranya di Timur Tengah dan OKI bersifat resiprokal melalui pertukaran mahasiswa, dosen, dan peneliti yang dibiayai kedua belah pihak.
Gagasan ini disambut baik oleh para duta besar dan perwakilan kedutaan besar negara-negara Timur Tengah dan OKI yang hadir dalam simposium tersebut.
“Tadi ada juga usulan agar setiap negara Timur Tengah dan OKI menginformasikan bidang keilmuan yang menjadi keunggulan mereka, sehingga perguruan tinggi Indonesia bisa mengarahkan kerja sama sesuai dengan bidang yang mereka minati,” tutur Alwi.
Dengan peningkatan kerja sama pendidikan tinggi dengan negara-negara Timur Tengah dan OKI diharapkan akan menunjang jumlah dan mutu SDM Indonesia.
SDM tersebut diharapkan bisa membantu meningkatkan kerja sama ekonomi, khususnya perdagangan, investasi, dan pariwisata antara Indonesia dan negara-negara Timur Tengah maupun anggota OKI.
Baca juga: Menag Ajak Universitas Tripoli perkuat kerjasama pendidikan tinggi
Baca juga: Indonesia-Prancis kerjasama di bidang pendidikan tinggi dan riset
Peningkatan kerja sama terutama di bidang-bidang keilmuan yang terkait ekonomi dinilai penting karena selama ini sebagian besar kemitraan Indonesia dan negara-negara Timur Tengah maupun OKI masih terfokus pada bidang pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.
“Karena itu kita perlu bertukar pikiran dan pengalaman untuk menyusun formula guna mengintensifkan kerja sama pendidikan tinggi yang bertujuan pada peningkatan kerja sama ekonomi,” kata Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah dan OKI Alwi Shihab saat membuka Simposium untuk Meningkatkan Kemitraan Pendidikan Tinggi guna Mendukung Kerja Sama Ekonomi antara Indonesia, Timur Tengah, dan Negara-negara OKI di Jakarta, Kamis.
Menurut Alwi, gagasan untuk meningkatkan kerja sama pendidikan tinggi dengan negara-negara OKI dan Timur Tengah sejalan dengan fokus pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM), utamanya melalui pendidikan bidang sains dan teknologi, setelah hampir lima tahun terakhir fokus pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas.
“Mengapa tidak memanfaatkan persaudaraan kita dengan negara-negara OKI, karena ternyata mereka memiliki universitas-universitas berkaliber tinggi yang tidak kalah hebat dengan universitas di Eropa atau Amerika,” tutur mantan Menteri Luar Negeri era Presiden Abdurrahman Wahid itu.
Sejumlah perguruan tinggi di Timur Tengah dan negara-negara OKI termasuk dalam 500 universitas terbaik dunia, seperti, Middle East Technical University dan Istanbul Teknik Universitesi di Turki; University of Tehran dan Sharif University of Technology di Iran; King Saud University di Arab Saudi; serta University of Malaysia.
Majunya pendidikan di sejumlah negara tersebut juga didukung kapasitas ekonomi.
Bank Dunia mencatat bahwa pada 2017, sebanyak 12 negara Timur Tengah dan OKI memiliki pendapatan nasional bruto per kapita lebih dari 3.896 dolar AS dan termasuk dalam kategori negara dengan penduduk berpenghasilan menengah ke atas, yakni, Azerbaijan, Algeria, Irak, Iran, Jordania, Kazakhstan, Lebanon, Libya, Malaysia, Maladewa, Turki, serta Turkmenistan.
Bahkan tujuh negara di kawasan tersebut masuk kategori negara dengan penduduk berpenghasilan tinggi dengan pendapatan nasional bruto per kapita lebih dari 12.055 dolar AS, yaitu, Brunei Darussalam, Bahrain, Kuwait, Oman, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
Kemajuan serupa juga dicapai oleh Indonesia yang muncul sebagai pasar berkembang dan diproyeksikan menempati peringkat enam dunia sebagai negara dengan ekonomi terbesar pada 2023. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,4 persen dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita 5.120 dolar AS.
"Melihat data-data tersebut, sebenarnya masih banyak peluang kerja sama ekonomi yang bisa dikerjasamakan antara Indonesia dan negara-negara Timur Tengah dan OKI, melalui kemitraan pendidikan tinggi," tutur Alwi.
Kerja sama yang akan dilaksanakan antara perguruan tinggi Indonesia dengan mitranya di Timur Tengah dan OKI bersifat resiprokal melalui pertukaran mahasiswa, dosen, dan peneliti yang dibiayai kedua belah pihak.
Gagasan ini disambut baik oleh para duta besar dan perwakilan kedutaan besar negara-negara Timur Tengah dan OKI yang hadir dalam simposium tersebut.
“Tadi ada juga usulan agar setiap negara Timur Tengah dan OKI menginformasikan bidang keilmuan yang menjadi keunggulan mereka, sehingga perguruan tinggi Indonesia bisa mengarahkan kerja sama sesuai dengan bidang yang mereka minati,” tutur Alwi.
Dengan peningkatan kerja sama pendidikan tinggi dengan negara-negara Timur Tengah dan OKI diharapkan akan menunjang jumlah dan mutu SDM Indonesia.
SDM tersebut diharapkan bisa membantu meningkatkan kerja sama ekonomi, khususnya perdagangan, investasi, dan pariwisata antara Indonesia dan negara-negara Timur Tengah maupun anggota OKI.
Baca juga: Menag Ajak Universitas Tripoli perkuat kerjasama pendidikan tinggi
Baca juga: Indonesia-Prancis kerjasama di bidang pendidikan tinggi dan riset
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019
Tags: