Washington (ANTARA) - Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed) pada Rabu membiarkan suku bunga acuannya tidak berubah dan me
ngabaikan kekhawatiran tentang inflasi yang lemah, karena melihat tidak perlu mengubah pendekatan "sabar"-nya pada pergerakan suku bunga.

Dalam sebuah pernyataan setelah mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari, The Fed mengatakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), komite pembuat kebijakan Fed, memutuskan untuk mempertahankan kisaran target untuk suku bunga Federal Fund pada 2,25 persen hingga 2,50 persen.

The Fed menegaskan kembali bahwa ia "akan bersabar" dengan penyesuaian tingkat suku bunga federal berikutnya, sehubungan dengan perkembangan ekonomi dan keuangan global dan "tekanan inflasi yang diredam."

"Inflasi rendah, yang memberi kita kemampuan untuk bersabar dan kami memang mengharapkannya untuk naik dan kami ingin itu naik hingga dua persen," kata Ketua Fed Jerome Powell pada konferensi pers, Rabu (1/5/2019). Ia percaya bahwa pelemahan tekanan harga baru-baru ini cenderung sementara.

"Kami pikir sikap kebijakan kami sesuai saat ini dan kami tidak melihat alasan kuat untuk bergerak ke arah mana pun," katanya.

Pertemuan itu terjadi setelah Departemen Perdagangan melaporkan pekan lalu bahwa ekonomi AS berkembang pada tingkat tahunan sebesar 3,2 persen di kuartal pertama, sebagian besar didorong oleh ekspor dan investasi persediaan swasta yang kuat.

Pertumbuhan yang lebih baik dari perkiraan pada kuartal pertama telah meredakan kekhawatiran perlambatan ekonomi yang tajam, memberikan beberapa pejabat The Fed alasan untuk percaya bahwa bank sentral harus tetap pada rencana kenaikan suku bunga.

Tetapi beberapa ekonom menunjukkan bahwa headline angka pertumbuhan melebih-lebihkan kekuatan mendasar ekonomi AS, dan inflasi lemah yang terus-menerus membuka pintu bagi para pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga.

Tidak termasuk harga energi dan pangan yang fluktuatif, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti, ukuran inflasi yang disukai oleh Fed, naik 1,3 persen pada kuartal pertama, masih di bawah target bank sentral sebesar 2,0 persen.

"Jika kita melihat inflasi berjalan terus-menerus di bawah ini (2,0 persen), itu adalah sesuatu yang akan menjadi perhatian komite dan sesuatu yang akan kita pertimbangkan dalam penetapan kebijakan," kata Powell, menolak mengatakan apakah The Fed akan mempertimbangkan penurunan suku bunga.

"Powell mencoba untuk meredam ekspektasi penurunan suku bunga preemptive terkait dengan inflasi. Dia menggarisbawahi bahwa The Fed masih percaya bahwa laju inflasi yang rendah adalah fenomena sementara," tulis Diane Swonk, Kepala Ekonom di Grant Thornton LLP, menulis dalam sebuah analisis pada Rabu (1/5/2019).

"Federal Reserve sedang berada dalam situasi yang sulit, menyeimbangkan tingkat inflasi saat ini yang rendah terhadap risiko yang memicu penggelembungan aset tambahan. Ini akan membuat The Fed dalam posisi untuk mengamati situasi secara ketat," tambah Swonk.

Meskipun ada spekulasi pasar tentang penurunan suku bunga, The Fed kemungkinan tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, kata para analis, karena khawatir bank sentral sepertinya akan menghadapi tekanan politik.

"Pejabat-pejabat Fed kemungkinan akan khawatir tentang risiko bahwa penurunan suku bunga dapat memicu politik atau pasar-pasar tidak jelas, yang mungkin keliru memotong (suku bunga) dalam menanggapi inflasi rendah karena kekhawatiran serius tentang prospek pertumbuhan," kata Kepala Ekonom AS di Goldman Sachs, Jan Hatzius dalam catatan terbarunya.

Presiden AS Donald Trump telah berulang kali mengkritik kenaikan suku bunga The Fed dan mendesak bank sentral untuk menurunkan suku bunga guna mendorong perekonomian.

"Federal Reserve kami terus-menerus menaikkan suku bunga, meskipun inflasi sangat rendah, dan melembagakan dosis pengetatan kuantitatif yang sangat besar," kata Trump melalui Twitter pada Selasa (30/4/2019).

"Kami memiliki potensi untuk naik seperti roket jika kami melakukan beberapa penurunan suku bunga, seperti satu poin, dan beberapa pelonggaran kuantitatif," tambah presiden.

Menanggapi pertanyaan tentang tekanan politik luar, Powell pada Rabu (1/5/2019) berjanji untuk mempertahankan independensi bank sentral.

"Kami adalah lembaga nonpolitis dan itu berarti kami tidak memikirkan pertimbangan politik jangka pendek," kata Powell kepada wartawan.

"Kami tidak membahasnya dan kami tidak mempertimbangkannya dalam mengambil keputusan dengan satu atau lain cara," katanya.

"Itu penting bagi The Fed untuk mempertahankan independensi dari tekanan politik yang selalu hadir di Washington," kata Swonk. Demikian laporan yang dikutip dari Xinhua.

Baca juga: Wall Street jatuh setelah Fed kurangi harapan penurunan suku bunga

Baca juga: Kurs dolar naik dipicu pernyataan Ketua Federal Reserve