Banjarmasin (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH A. Hasyim Muzadi, mengungkapkan bahwa saat ini warga Nahdlatul Ulama (nahdliyin) banyak mengalami kemunduran dalam perjuangan menegakkan syariat Islam yang mengacu pada kejernihan dan kesucian hati, yang ada justru masuk NU dengan berbagai kepentingan. "Banyak warga NU yang kini memiliki ketinggian akal pikiran, tetapi sangat sedikit yang berjuang melalui kejernihan dan keiklasan hati, ini suatu kemunduran," kata Hasyim dalam pidatonya usai melantik pengurus wilayah PBNU Kalimantan Selatan (Kalsel) di Maghligai Pancasila, Banjarmasin. Menurut dia, yang menonjol di NU saat ini justru di bidang penampilan dan gaya para anggotanya. "Kemajuan yang telah dicapai NU, dulu pelantikan tidak pernah dilakukan di gedung megah, sekarang di gedung megah, jumlah anggotanya semakin banyak, karena kepentingannya juga banyak," ujar Hasyim, yang kontan disambut tepuk tangan undangan. Bukan hanya itu, tambahnya, sama-sma warga NU duduk berjejer, tetapi tidak jarang mereka memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda, bukan untuk NU, melainkan kepentingan untuk jabatan dan lainnya. Menghindari hal-hal tersebut di atas, ia mengemukakan, saat ini NU tidak bisa lagi mengandalkan kekuatan perorangan, tetapi harus segera membenahi sistem perjuangannya, untuk meningkatkan kualitas organisasi. Organisasi yang besar, tanpa disertai dengan sistem yang benar akan mudah dikalahkan dengan kebatilan, katanya. Saat ini, ia menilai, Indonesia memerlukan organisasi-organisasi yang berkualitas tinggi, yaitu organisasi yang memiliki sistem yang bagus dan kuat sehingga tidak mudah dihancurkan. Pada zaman pemerintah Orde Baru, menurut dia, negara masih dikuasai dan dikendalikan oleh militer, tetapi sekarang eranya sudah berbeda, masyarakat melalui organisasi politik dan kemasyarakatan memiliki kekuatan penuh. Hanya organisasi yang memiliki sistem yang bagus dan benar yang akan mampu melawan upaya atau rencana pihak luar yang ingin menghancurkan Indonesia, ujarnya. Hasyim juga menyoroti maraknya aliran sesat di Indonesia akhir-akhir ini. Diungkapkannya, saat ini Indonesia sedang mengalami alih generasi, yaitu suatu peralihan di mana generasi muda belum memiliki panutan, karena hati dan pikiran mereka yang masih kosong. Sesuatu yang masih kosong, katanya, akan mudah dimasuki oleh pihak mana pun, yang penting siapa yang terlebih dulu mengambil kesempatan untuk masuk. Artinya, menurut dia, bila NU yang masuk duluan, maka generasi muda akan menjadi generasinya NU, tapi bila yang masuk duluan aliran sesat maka yang akan memenuhi arah kehidupan genarasi selanjutnya adalah aliran sesat. Kondisi-kondisi seperti itu harus selalu diwaspadai oleh seluruh pihak dengan persatuan dan kesatuan, ujarnya. "Saya tidak memerlukan waktu satu tahun atau satu bulan untuk meminta warga NU bersatu, tetapi cukup satu hari saja bersatu, niscaya ribuan masalah akan bisa diselesaikan," demikian Hasyim Muzadi. (*)