Jakarta (ANTARA) - Komunitas Rakyat Pinggiran Indonesia (Rp1) dalam menyambut Hari Buruh Sedunia (May Day) 1 Mei esok, mengharapkan terjadinya kedaulatan ekonomi kerakyatan Indonesia dengan peningkatan potensi pekerja atau buruh lewat koperasi.

"Pekerja atau buruh sebagai entitas penting sebuah bangsa, memiliki potensi yang harus dikembangkan demi terciptanya kedaulatan ekonomi yang berbasis dari, oleh dan untuk rakyat demi mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan, salah satunya lewat koperasi," kata Pembina sekaligus penggagas Rp1 Perintis Gunawan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa malam.

Perintis mengungkapkan, pekerja dan buruh berperan penting dalam membangun perekonomian rakyat sebagai "people power" untuk menumbuhkembangkan perekonomian NKRI melalui pemberdayaan koperasi.

Rp1, kata dia, yang merupakan sebuah gerakan pemikiran dari rakyat dan tidak berada dalam sumbu kekuasaan, berusaha memberikan semangat kepada pemegang kekuasaan untuk dapat menelurkan gagasan, kebijakan serta langkah-langkah yang berpihak kepada upaya mewujudkan kedaulatan rakyat terutama di bidang ekonomi.

"Tujuan RP1 agar kedaulatan rakyat di bidang ekonomi yang diwakili oleh berdaulatnya mata uang Rupiah dapat terwujud, yakni satu rupiah sebagai satuan mata uang terkecil Indonesja mampu berdiri sejajar dengan mata uang lain manapun di dunia serta mampu memberikan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia, dan usaha Rp1 yang sudah mulai kami rintis, adalah dengan menghadirkan koperasi yang sangat pro kerakyatan," ucap Perintis Gunawan yang akrab disapa PG.

Sementara itu, Ketua Koperasi Rp1 (K Rp1), Maulana Muhamad, mengungkapkan tujuan komunitas ini mendirikan koperasi, adalah untuk menggerakkan ekonomi masyarakat nasional mulai dengan simpan pinjam dan sudah terdaftar di Kemenkop UKM.

Untuk tahap awal, K Rp1 menggandeng 45 anggota yang tersebar di sejumlah wilayah sepertu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Riau, Jawa Barat, Yogyakarta dan Kalimantan.

Yang sudah digarap oleh pihaknya, kata Maulana, adalah pasar kopi dan beras organik, di mana pihaknya mengekspor komoditas pertanian Kopi berbekal MoU dengan buyer di Jerman dan Amerika.

"Untuk komoditas kopi, K Rp1 kerjasama dengan petani di Bali dan Toraja. Sedangkan komoditas beras organik menggandeng koperasi petani di Tuban dan Kerisidenan Banyumas," ujar Maulana.

Terkait dengan maraknya koperasi-koperasi simpan pinjam yang bermasalah secara hukum dan memberatkan masyarakat dengan bunga tinggi, Perintis menegaskan pihaknya hadir tidak untuk membebani dan membohongi masyarakat.

"Gerakan komunitas ini, sudah diinisiasi sejak tujuh tahun lalu dan kami hadir tidak untuk membodohi atau menipu masyarakat. Kami hadir karena kami ingin ekonomi Indonesia berdaulat. Karenanya ke depan kami juga berharap bisa mengembangkan gerakan ini dalam mengadvokasi kegiatan ekonomi masyarakat lapis bawah dan juga bisa memberi masukan pada pemerintah melalui studi-studi ekonomi kerakyatan yang akan segera kami mulai," ucap Perintis menambahkan.