Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Evakuasi terhadap isi rumah dan harta benda warga korban terdampak banjir di Desa Bangga Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Selasa, belum di lakukan.

Pantauan Antara di sebagian Dusun Tiga, kemudian rumah-rumah warga di Dusun Empat dan Lima Desa Bangga, evakuasi terhadap barang berharga milik warga belum dapat di lakukan.

Rumah-rumah warga di dusun-dusun tersebut, utamanya Dusun Empat dan Lima tertimbun lumpur. Yang tampak hanya atap dari setiap rumah warga.

"Belum bisa di ambil, tapi, sebelumnya sudah diselamatkan sebagian yang bisa di evakuasi. Saat banjir datang, kami lari menyelamatkan diri dengan pakaian di badan," ucap Gasim, salah seorang korban terdampak banjir dusun empat Desa Bangga.

Rumah Gasim tertimbun lumpur, saat banjir menerjang wilayah itu Minggu (29/4) malam. Gasim menceritakan, sebelum terjadi banjir bandang, kurang lebih pukul 19.30 Wita, air dari arah gunung telah masuk ke kampung dan wilayah itu pada Sabtu (28/4) malam pukul 20.00 Wita.

Pada Sabtu malam itu, ia langsung bergegas mengungsikan keluarga dan sebagian dari isi rumah ke Padena di Dusun Tiga desa tersebut. "Kemudian pada hari Minggu setelah habis magrib, air dan lumpur serta material lainnya datang menerjang. Ini yang lebih besar," urai Gasim.

Saat banjir bandang datang menerjang secara tiba-tiba, warga berlarian, berhamburan menyelamatkan diri masing-masing. "Panik, tidak ada lagi yang saling hiraukan saat banjir bandang. Masing-masing urus diri," kata dia.

Warga makin panik, situasi semakin parah saat banjir menerjang. Karena, bencana itu datang, seketika desa itu gelap karena listrik padam.

Air itu datang dari arah belakang rumah warga atau sebelah barat dan selatan dari desa tersebut. Ia mengutarakan, warga melihat air itu datang memasuki wilayah itu dengan debit yang kecil.

Namun, semakin lama, gemuruh air dari arah gunung semakin kencang dan kuat. Tidak butuh waktu lama, air disertai material menghantam kampung tersebut.

"Kita lihat air, kita lihat seperti banjir-banjir biasa kayak malam Sabtu malam. Jadi, hanya saling ingatkan untuk waspada, padahal gemuruh air semakin kuat di dengar. Dari situ, hanya berselang berapa menit air dan material sudah masuk ke kampung. Saya sendiri langsung terperangkap banjir," urai dia.

Peristiwa ini juga di benarkan oleh Adnan, warga dusun tiga Desa Bangga. Ia menyebut terdengar gemuruh air yang sangat kuat dari arah gunung. Adnan langsung berkesimpulan bahwa gemuruh itu adalah air/banjir bandang.

Ia langsung bergegas menyelamatkan keluarganya. "Saya dengar gemuruh, bunyinya kuat. Saya langsung ambil motor bonceng anak saya, pokoknya lima orang naik di satu motor," kata Adnan.

Dia merupakan salah satu korban gempa dan likuifaksi Petobo. Tempat tinggalnya di Petobo hancur porak-poranda, ia pindah ke Desa Bangga.

Saat mendengar gemuruh, ia meyakini bahwa itu adalah air. Karena hal yang sama pernah di dengarnya saat ia di Petobo, di saat likuifaksi terjadi di kelurahan itu.

"Saya suda punya pengalaman, waktu di Petobo saya dengar gemuruh. Maka, saat saya dengar gemuruh itu, saya langsung bilang lari, karena gemuruh itu pasti banjir," ujar dia.

Di lokasi bencana di desa tersebut, beberapa warga di dusun tiga, mulai melakukan evakuasi harta benda milik mereka yang masih dapat di gunakan.
Abdullah, salah seorang korban banjir memperlihatkan kondisi rumahnya yang tertimbun lumpur di Desa Bangga, Selasa. (Foto: Antaranews/Muhammad Hajiji)
Sebagian warga mulai mengangkut harta benda dari dalam rumah yang terlanda banjir di Desa Bangga, Selasa (30/4/2019). (Foto: Antaranews/Muhammad Hajiji)
Staf Ahli Gubernur Sulawesi Tengah, Siti Norma Mardjanu meninjau lokasi terdampak bencana banjir di Desa Bangga, Selasa (30/4/2019). (Foto: Antaranews/Muhammad Hajiji)
Rumah-rumah warga Desa Bangga tertimbun lumpur saat banjir bandang menerjang, dan belum dilakukan evakuasi harta benda warga di dalam rumah, Selasa (30/4/2019). (Antaranews/Muhammad Hajiji)
Rumah-rumah warga Desa Bangga tertimbun lumpur saat banjir bandan menerjang, dan belum di lakukan evakuasi harta benda warga di dalam rumah, Selasa (30/4/2019). (Foto: Antaranews/Muhammad Hajiji)