"Kereta cepat progress sampai dengan saat ini sudah sekitar 15 persen. 15 persen itu di tahun ini forecast, kita akumulasi akan menjadi 60 persen," ujar Presiden Direktur (Presdir) Wika Tumiyana kepada wartawan di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan bahwa hal tersebut didorong oleh beberapa jalur utama, di mana terowongan utama berada di Halim dengan Tunnel Boring Machine (TBM) sudah beroperasi di sana.
"Pilar sudah mulai terbangun di Km 94 sudah mulai berdiri semua di sana, sedangkan di Km 19 sudah mulai ada tiga pilar yang mulai berdiri," kata Tumiyana.
Baca juga: Wapres RI pastikan kereta cepat rampung 2021
Presdir Wika itu juga menambahkan bahwa pembebasan lahan untuk kereta cepat Jakarta-Bandung saat ini telah mencapai 96 persen.
"Dalam proyek kereta cepat itu kita juga akan membangun properti baru. Ada tiga kawasan besar, pertama di Karawang, terus yang kedua berada di Tegalluar, perbatasan Bandung dan kawasan ketiga yang paling besar berlokasi di Walini," ujar Tumiyana.
Walini, menurut dia, akan menjadi kota baru yang dikembangkan oleh pihaknya. Dengan tiga titik kawasan tersebut maka perkiraan pendapatan atau "revenue forecast" sebesar Rp266,1 triliun.
Menurut data yang dilansir Wika, total lahan yang akan dikembangkan dalam jalur proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini seluas 1.988 hektare.
Total lahan itu terdiri dari Halim seluas 18 hektare, Karawang seluas 250 hektare, Tegalluar 450 hektare dan Walini seluas 1.270 hektare.
Kereta api cepat Jakarta-Bandung ini akan diintegrasikan dengan TOD (Transit Oriented Development) guna menciptakan pusat ekonomi baru. Pendapatan tidak hanya berasal dari tiket, namun juga dari aktivitas-aktivitas perekonomian di area TOD.
"Kita terbuka dalam hal ini kereta cepat tersebut akan menggandeng semua pengembang di seluruh dunia, untuk bisa ikut mendorong trafik menuju ke properti-properti yang ada. Kalau kita mau undang universitas maka kita akan mengundang universitas bertaraf internasional, termasuk yang nasional," kata Tumiyana.
Baca juga: Kemenristekdikti-SWJU Chengdu kerja sama riset KA cepat
Baca juga: 2021, Indonesia negara pertama miliki kereta cepat di Asia Tenggara