Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan pembangunan pembangkut listrik tenaga nuklir (PLTN) masih mendapatkan tantangan besar terkait dengan penolakan masyarakat.

"Problemnya (masalah) adalah masyarakat itu masih penilaian terhadap nuklir itu tinggi, penolakan karena apa? Yang pertama orang ditakut-takuti istilah nuklir itu ya apa kah kasus Fukushima, Chernobyl, dan lain-lain," kata dia dalam Konferensi Informasi Pengawasan 2019 dengan tema Penegakan Hukum dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir di Hotel Sangri-La Jakarta, Selasa.

Oleh karena itu, Nasir menuturkan saat ini yang harus dilakukan adalah peningkatan edukasi terhadap masyarakat terkait dengan manfaat, aspek keselamatan dan keamanan tinggi dari penggunaan teknologi nuklir.

Secara ekonomis, PLTN menguntungkan, apalagi seiring dengan perkembangan zaman teknologi juga semakin maju sehingga bisa menempatkan aspek keamanan dan keselamatan tinggi untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN.

Indonesia masih menggunakan tenaga nuklir untuk berbagai bidang, seperti medik, industri, pertanian, pangan, serta penelitian, namun belum ke arah menghasilkan energi.

Dari diskusi di Rusia, Nasir menuturkan harga energi listrik sekitar tujuh sen ke atas per kWh dari pembangkit listrik biasa, namun dengan menggunakan nuklir, harga listrik sekitar 3,9 sen per kWh sehingga lebih murah.

Nasir mengatakan Indonesia potensial untuk pembangunan PLTN di daerah yang tidak dilalui cincin api atau yang tidak terkena gempa bumi, terutama di Kalimantan bagian selatan, tengah, dan barat, serta Bangka Belitung.

"Problemnya adalah apakah kita ingin memaksakan sesuatu yang masyarakat menolak, ini tidak boleh gitu kan. Teknologi itu harus bisa diterima masyarakat dan bisa menghasilkan," katanya.

Jika terjadi kesulitan energi baru, kata dia, publik akan mulai melirik ke nuklir, padahal PLTN harus disiapkan sejak jauh hari, jangan menunggu keadaan terdesak akan kebutuhan energi.

Dengan penolakan masyarakat yang masih besar terhadap PLTN, maka Indonesia belum bisa segera merealisasikan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, sedangkan negara lain sudah mulai meningkatkan pemanfaatan nuklir, seperti China.