Menteri LHK instruksikan Dirjen DASHL analisis ilmiah banjir Bengkulu
29 April 2019 21:12 WIB
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar berbicara kepada wartawan di sela-sela Rapat Koordinasi Revitalisasi Gerakan Penyelamatan Danau di Jakarta, Selasa (26/03/2019). (ANTARA News/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar telah menginstruksikan Direktorat Jenderal (Dirjen) Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (DASL) untuk melakukan analisis ilmiah penyebab banjir Cikeas, banjir Bogor dan Bengkulu.
"Saya sudah minta Dirjen DASL untuk melakukan analisis scientific untuk banjir Cikeas, kenapa restoran apung sampai terendam, juga banjir Bogor, juga Bengkulu," kata Nurbaya, Jakarta, Senin.
Bencana banjir di Bengkulu terjadi pada wilayah daerah aliran sungai (DAS) bagian hilir, yaitu Sub-DAS Bengkulu Hilir yang memiliki luas 23.606, 340 Ha di daerah terdampak, yakni Kelurahan Beringin Raya dan sekitarnya, Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu, Kelurahan Sawah Lebar Baru, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu, Kelurahan semarang dan sekitarnya, Kecamatan Sungai Serut dan Kota Bengkulu.
KLHK, katanya, telah melakukan kajian dan menyatakan bahwa secara kronologis banjir di Bengkulu, terjadi saat hujan dengan intensitas lebat atau ekstrim selama tiga hari berturut-turut dengan rata-rata curah hujan kurang lebih 126,575 mm per hari pada bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengkulu dan rata-rata curah hujan 245,667 mm per hari pada bagian hulu DAS Bengkulu.
Tipe banjir, katanya, merupakan kombinasi banjir genangan yang rutin terjadi dengan banjir rob.
Menteri LHK mengatakan curah hujan tinggi atau ekstrim sebesar kurang lebih 186,1185 mm per hari menyebabkan debit aliran tinggi sehingga tejadi luapan karena debit melebihi besarnya kapasitas pengaliran.
Daerah terdampak banjir memiliki topografi yang relatif datar dan terpengaruh sistem pantai, sehingga dataran alluvio-marine. Kejadian hujan yang berlangsung cukup lama lebih dari enam jam menyebabkan terjadinya banjir genangan.
Bentuk daerah tangkapan air adalah segitiga merupakan bentuk yang paling rawan terjadi banjir limpasan karena hujan yang jatuh di berbagai titik langsung menuju dan terkonsentrasi pada titik outlet dengan jarak yang pendek, sehingga waktu konsentrasi sangat pendek. Hal ini yang mengakibatkan konsentrasi air dengan volume besar cepat datang, sehingga debit banjir sangat besar.
Berdasarkan peta rawan limpasan sebagian besar DAS Bengkulu memiliki potensi tinggi dan ekstrim sehinga pasokan air sangat besar saat curah hujan tinggi.
Berdasarkan peta rawan banjir, DAS Bengkulu memiliki potensi rawan dan sangat rawan banjir, baik pada bagian hilir DAS maupun bagian hulu DAS.
KLHK menawarkan solusi, antara lain optimalisasi kapasitas tampung sungai melalui pengerukan, transformasi budaya menanami lahan dengan satu jenis tanaman ke sistem agroforestri, kampanye dan kegiatan sungai bersih.
Daerah ini masih berpotensi untuk terjadinya banjir secara rutin pada musim hujan.
Mengingat kondisi peruntukan lahan yang secara umum sudah merupakan areal pemukiman, maka salah satu solusi atau pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki sistem drainase dan penataan kota yang ramah lingkungan.
Untuk jangka panjang perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi lahan dengan penerapan bangunan konservasi tanah, seperti dam penahan dan sumur resapan. (*)
"Saya sudah minta Dirjen DASL untuk melakukan analisis scientific untuk banjir Cikeas, kenapa restoran apung sampai terendam, juga banjir Bogor, juga Bengkulu," kata Nurbaya, Jakarta, Senin.
Bencana banjir di Bengkulu terjadi pada wilayah daerah aliran sungai (DAS) bagian hilir, yaitu Sub-DAS Bengkulu Hilir yang memiliki luas 23.606, 340 Ha di daerah terdampak, yakni Kelurahan Beringin Raya dan sekitarnya, Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu, Kelurahan Sawah Lebar Baru, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu, Kelurahan semarang dan sekitarnya, Kecamatan Sungai Serut dan Kota Bengkulu.
KLHK, katanya, telah melakukan kajian dan menyatakan bahwa secara kronologis banjir di Bengkulu, terjadi saat hujan dengan intensitas lebat atau ekstrim selama tiga hari berturut-turut dengan rata-rata curah hujan kurang lebih 126,575 mm per hari pada bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengkulu dan rata-rata curah hujan 245,667 mm per hari pada bagian hulu DAS Bengkulu.
Tipe banjir, katanya, merupakan kombinasi banjir genangan yang rutin terjadi dengan banjir rob.
Menteri LHK mengatakan curah hujan tinggi atau ekstrim sebesar kurang lebih 186,1185 mm per hari menyebabkan debit aliran tinggi sehingga tejadi luapan karena debit melebihi besarnya kapasitas pengaliran.
Daerah terdampak banjir memiliki topografi yang relatif datar dan terpengaruh sistem pantai, sehingga dataran alluvio-marine. Kejadian hujan yang berlangsung cukup lama lebih dari enam jam menyebabkan terjadinya banjir genangan.
Bentuk daerah tangkapan air adalah segitiga merupakan bentuk yang paling rawan terjadi banjir limpasan karena hujan yang jatuh di berbagai titik langsung menuju dan terkonsentrasi pada titik outlet dengan jarak yang pendek, sehingga waktu konsentrasi sangat pendek. Hal ini yang mengakibatkan konsentrasi air dengan volume besar cepat datang, sehingga debit banjir sangat besar.
Berdasarkan peta rawan limpasan sebagian besar DAS Bengkulu memiliki potensi tinggi dan ekstrim sehinga pasokan air sangat besar saat curah hujan tinggi.
Berdasarkan peta rawan banjir, DAS Bengkulu memiliki potensi rawan dan sangat rawan banjir, baik pada bagian hilir DAS maupun bagian hulu DAS.
KLHK menawarkan solusi, antara lain optimalisasi kapasitas tampung sungai melalui pengerukan, transformasi budaya menanami lahan dengan satu jenis tanaman ke sistem agroforestri, kampanye dan kegiatan sungai bersih.
Daerah ini masih berpotensi untuk terjadinya banjir secara rutin pada musim hujan.
Mengingat kondisi peruntukan lahan yang secara umum sudah merupakan areal pemukiman, maka salah satu solusi atau pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki sistem drainase dan penataan kota yang ramah lingkungan.
Untuk jangka panjang perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi lahan dengan penerapan bangunan konservasi tanah, seperti dam penahan dan sumur resapan. (*)
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019
Tags: