Bengkulu (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bengkulu menyebutkan sejumlah desa di Kabupaten Bengkulu Tengah masih terisolir dan belum dapat ditembus tim pencari dan penyelamat pascabanjir dan longsor dalam tiga hari terakhir.
“Ada beberapa desa di dua kecamatan yang belum dapat ditembus tim penanggulangan bencana sehingga saat ini masih fokus membuka jalur,” kata Kepala BPBD Provinsi Bengkulu Rusdi Bakar di Bengkulu, Senin.
Ia mengatakan kunjungan bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo ke sejumlah desa di Kecamatan Merigi Sakti dan Pagar Jati dibatalkan karena jalur belum dapat dilalui kendaraan roda empat.
Camat Merigi Sakti Ujang Safawi mengatakan longsor di Desa Lubuk Pendam menutup jalan lintas Provinsi Bengkulu di wilayah itu. Akibatnya, jalur dari Tugu Hiu hingga Simpang Keroya Bengkulu Tengah menuju wilayah itu, tertutup.
“Selain longsor ada juga banjir yang melanda Desa Punjung,” kata dia.
Ia menambahkan warga korban longsor juga terdapat di Desa Susup, Komering, dan Rajak Besi. Sebagian besar warga itu sedang berada di kebun mereka di kaki Gunung Bungkuk.
Anggota Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Bengkulu Nurkholis Sastro mengatakan beberapa desa lainnya yang masih minim bantuan di Bengkulu Tengah adalah Desa Talang Panjang, Kota Titik, Genting, dan Tebat Penyengat.
“Di tiga desa ini ada 10 rumah yang bergeser dan hanyut terbawa banjir dan syukurnya jalan ke lokasi sudah bisa dilalui kendaran roda empat,” ucapnya.
Ketua Pengurus Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Bengkulu Deff Trihamdi mengatakan empat komunitas masyarakat adat terkena banjir dan longsor namun masih minim perhatian pemerintah, terutama tim penanggulangan bencana.
“Khususnya di Desa Muara Dua di Kabupaten Kaur banjir Sungai Nasal mengakibatkan 20 rumah hanyut dan 353 kepala keluarga terdampak banjir,” katanya.
Sejumlah desa terdampak banjir-longsor di Bengkulu masih terisolir
29 April 2019 17:40 WIB
Kondisi banjir dan longsor yang melanda wilayah Bengkulu. (ANTARA/Helti Marini Sipayung)
Pewarta: Helti Marini S
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019
Tags: