Masyarakat Bangka Tengah mulai hilangkan sikap "destruktif"
28 April 2019 20:17 WIB
Arsip Warga membubuhkan tanda tangan di kain putih sebagai simbol mendukung gerakan masyarakat sadar demokrasi di Anjungan Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (27/8). Gerakan masyarakat sadar demokrasi yang dilaksanakan oleh sejumlah KPUD Kabupaten Kota se- Sulsel tersebut bertujuan mensosialisasikan kepada masyarakat tentang kesadaran dalam berpartisipasi pada Pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019. (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/aww/17)
Koba, Babel, (ANTARA) - Sebagian masyarakat di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah mulai menghilangkan sikap "destruktif" dan kembali berpikir positif yang dibingkai dengan semangat NKRI dalam menyikapi kegaduhan politik pasca pemilu serentak pada 17 April 2019.
"Awalnya memang saya sempat terbawa dengan situasi politik, terutama saling klaim dalam perolehan suara sementara pilpres, namun belakangan cara pandang saya berubah dan malah menjadi khawatir terhadap situasi politik yang cenderung memanas," kata Syamsir, seorang warga Bangka Tengah, Minggu.
Ia menjelaskan, sekarang ini masyarakat sudah mulai mengurangi sikap berlebihan dalam mendukung salah satu pasangan calon karana sebagian masyarakat mulai sadar situasi politik sekarang ini berisiko terhadap keutuhan NKRI.
"Sekarang saya malah takut terjadi konflik pasca pemilu karena masing-masing pasangan calon memiliki pendukung dan mereka tetap mengklaim sudah menang," ujarnya.
Sementara Rizal, warga yang lainnya mengaku awalnya sempat terbawa dengan eskalasi politik yang semakin memanas pasca pemilu serentak.
"Apalagi persoalan pemilu dan saling klaim itu terlihat memanas di media sosial, sebelumnya saya sempat terprovokasi namun sekarang saya tidak lagi berpikir keberpihakan kepada salah satu pasangan calon tetapi justeru saya berharap tidak terjadi gejolak dan konflik politik usai pemilu serentak," ujarnya.
Sementara Husman, warga yang lainnya justru mengaku di dalam dirinya terjadi ketakutan akan pecah konflik besar di negeri ini karena masyarakat sudah terbelah.
"Sekarang banyak masyarakat kembali kepada pikiran dan semangat nasionalisme mereka, tidak lagi sibuk memikirkan saling klaim karena dikhawatirkan rakyat yang menjadi korban," ujarnya.
"Awalnya memang saya sempat terbawa dengan situasi politik, terutama saling klaim dalam perolehan suara sementara pilpres, namun belakangan cara pandang saya berubah dan malah menjadi khawatir terhadap situasi politik yang cenderung memanas," kata Syamsir, seorang warga Bangka Tengah, Minggu.
Ia menjelaskan, sekarang ini masyarakat sudah mulai mengurangi sikap berlebihan dalam mendukung salah satu pasangan calon karana sebagian masyarakat mulai sadar situasi politik sekarang ini berisiko terhadap keutuhan NKRI.
"Sekarang saya malah takut terjadi konflik pasca pemilu karena masing-masing pasangan calon memiliki pendukung dan mereka tetap mengklaim sudah menang," ujarnya.
Sementara Rizal, warga yang lainnya mengaku awalnya sempat terbawa dengan eskalasi politik yang semakin memanas pasca pemilu serentak.
"Apalagi persoalan pemilu dan saling klaim itu terlihat memanas di media sosial, sebelumnya saya sempat terprovokasi namun sekarang saya tidak lagi berpikir keberpihakan kepada salah satu pasangan calon tetapi justeru saya berharap tidak terjadi gejolak dan konflik politik usai pemilu serentak," ujarnya.
Sementara Husman, warga yang lainnya justru mengaku di dalam dirinya terjadi ketakutan akan pecah konflik besar di negeri ini karena masyarakat sudah terbelah.
"Sekarang banyak masyarakat kembali kepada pikiran dan semangat nasionalisme mereka, tidak lagi sibuk memikirkan saling klaim karena dikhawatirkan rakyat yang menjadi korban," ujarnya.
Pewarta: Ahmadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Tags: