Mataram (ANTARA) - Warga sekitar Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, ada yang mengistilahkan jalan menuju objek wisata bahari Pantai Surga sebagai jalan "neraka".
Istilah itu mungkin ada benarnya, antara lain karena pengunjung memang harus melalui perjalanan yang tidak mudah untuk mencapai pantai itu. Bagian jalan menuju Pantai Surga yang berbatu cukup panjang, dan sebagian tertutup semak-semak.
Jalan aspal mulus yang hanya muat untuk satu kendaraan beroda empat cuma bisa dinikmati pada awal perjalanan menuju pantai itu, selanjutnya adalah jalanan berbatu yang menjadi licin dan banyak lubangnya pada musim penghujan.
Dan sepanjang perjalanan melalui jalan-jalan berbatu itu, hanya pemandangan tanah tandus dan sesekali warga yang sedang memanen jagung yang menemani.
"Kondisi jalan begini sudah lama Pak. Sudah bertahun-tahun," kata Abu, warga Kecamatan Jerowaru.
"Ini mungkin menjadi salah satu faktor (yang menimbulkan) keengganan wisatawan berlibur ke sini," ia menambahkan.
Rekannya, Nazir, yang juga berprofesi sebagai pramuwisata, menuturkan kondisi jalan yang demikian membuat wisatawan lokal harus berjibaku melintasi jalanan tanah berbatu untuk menuju Pantai Surga. Kalau tidak berhati-hati, pengguna jalan bisa jatuh dan celaka.
Akbar, seorang pelancong dari Kota Mataram, tidak menyangka harus melalui medan yang sulit untuk menuju objek wisata bahari di Jerowaru.
"Saya kira jalannya aspal mulus, eh ternyata kondisinya menyebalkan. Tapi, kalau soal pantainya jangan ditanya deh, tidak ada yang mengalahkan dengan wilayah Lombok lainnya," kata Akbar, yang mengendarai kendaraan roda dua menuju Pantai Surga.
Masalah Infrastruktur
Kecamatan Jerowaru memiliki setidaknya 13 pantai berpasir putih dengan tebing-tebing dan batu karang menyerupai Grand Canyon seperti Pantai Surga, Pink, Pegat Nyawa, Sengulap, dan Kala Ulang.
Selain itu ada Pantai Tasem Asem, Brura, Batu Langka, Batu Jangkih, Ujung Masah, serta Rungkang Selatan dan Utara yang lebih dikenal dengan sebutan Pantai Planet.
Meski demikian kondisi jalan menuju objek-objek wisata belum semuanya bagus di Jerowaru, yang wilayahnya berbukit-bukit dan sebagian tandus.
Warga Jerowaru sebagian bertani jagung, tidak sedikit pula yang memilih mengadu nasib ke negeri-negeri yang jauh seperti Malaysia sampai Arab Saudi untuk memperbaiki hidup.
Potensi pariwisata yang cukup banyak belum menjadi perhatian pemerintah setempat, sehingga warga tidak bisa mendapatkan cipratan rezeki dari sektor itu sebagaimana warga di daerah-daerah yang sektor pariwisata berkembang dengan dukungan pemerintah.
Abu menuturkan bahwa warga sudah bertahun-tahun menyampaikan keluhan mengenai buruknya prasarana pendukung pariwisata di Jerowaru, yang objek wisata baharinya tak kalah dengan tujuan wisata laut lain di Lombok Tengah dan Lombok Barat.
"Lihat saja keindahannya. Apalagi objek wisata di daerah kami ini langsung berhadapan dengan Samudera Hindia hingga banyak didatangi oleh wisatawan asing untuk berselancar," kata Abu.
"Tapi sampai sekarang faktanya belum juga ada perhatian dari pemerintah untuk membangun jalan di daerah kami ini," Nazir menambahkan.
Mereka masih berharap pemerintah segera memperbaiki infrastruktur pendukung kegiatan pariwisata di Jerowaru, terlebih beberapa objek wisata seperti batu kura-kura, batu keong, sampai tebing-tebing yang menjulang tinggi seperti di Grand Canyon di Amerika Serikat sudah viral di media sosial.
Dalam hal ini mestinya pemerintah daerah setempat mencontoh Lombok Tengah, yang serius mengembangkan sektor pariwisatanya dan pada 2021 akan menjadi tempat penyelenggaraan MotoGP.
Baca juga: Pantai Pink butuh jalan mulus
Baca juga: Lombok Utara evaluasi pembangunan hotel di kawasan pantai
Artikel
Melalui jalan "neraka" menuju Pantai Surga
Oleh Riza Fahriza
28 April 2019 10:22 WIB
Pulau Kura-Kura di Pantai Sungkun, bagian dari Pantai Surga di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. (ANTARA/Riza Fahriza)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: