Bandarlampung (ANTARA) - Masyarakat Bandarlampung menilai pemilihan umum (pemilu) serentak dengan penggabungan presiden dan legislatif memiliki tahap yang terlalu panjang dan perlu ada koreksi dari pihak terkait.

Salah satu Warga Bandarlampung, Hanan (41), di Bandarlampung, Minggu, mengatakan, Pemilu 2019 masih kurang efektif karena molornya waktu pencoblosan, penghitungan suara sehingga menyebabkan banyak petugas yang jatuh sakit hingga ada yang meninggal.

"Kertas suara yang banyak dan lebar juga sedikit membuat susah pemilih itu, juga mempengaruhi molornya proses penghitungan suara," kata dia.

Menurutnya, nantinya pemilu harus ada pemisahan antara pemilihan presiden dan pemilihan lainnya agar lebih efektif baik dari waktu pencoblosan dan penghitungan suara.

"Bagusnya tiga saja, bila kebanyakan juga tidak bagus dan bikin pusing kami sebagai pemilih," kata dia.

Sementara itu warga lainnya Sofian mengatakan Pemilu 2019 lama pada proses teknisnya, persiapan logistik dan sumber daya manusianya (SDM) pada tingkat PPK/PPS.

Menurutnya, banyaknya kotak suara dan kertas suara yang dihitung dalam satu PPK/PPS juga membuat proses rekap suara menjadi lama. Penyelenggara juga harus menyeleksi anggota pada tingkat KPPS dan memberikan bimbingan teknis (Bimtek) yang cukup kepada mereka.

"Saya melihatnya mereka PPK/PPS harus merekap banyak TPS dan berkas yang ditandatangani untuk laporan juga banyak sehingga penghitungan bisa hingga larut malam yang membuat petugas kurang tidur," kata dia.

Kemudian kesediaan logistik seperti surat suara juga perlu diperhatikan, katanya, sebab ada orang yang tidak mencoblos karena kehabisan kertas suara sementara mereka memiliki hak untuk mencoblos.

"Intinya, harus ada evaluasi dari pemerintah dan pihak terkait, terhadap Pemilu 2019 ini agar agenda serupa pada masa datang, lebih baik lagi," katanya.

Baca juga: Bawaslu: Petugas KPPS meninggal tidak terpikirkan jauh sebelumnya
Baca juga: Politisi Perindo: Pemilu legislatif-pemilu presiden agar dipisah lagi