Jakarta (ANTARA) - Pemain naturalisasi Herman Dzumafo Epandi masih menjadi mesin gol berbahaya di Indonesia khususnya bagi kesebelasan Bhayangkara FC meski usianya tak muda lagi.

Dalam pertandingan melawan PSM Makassar dalam leg pertama babak delapan besar Piala Indonesia 2018-2019 di Stadion Perguruhan Tinggi Kepolisian (PTIK) Jakarta, Sabtu, ia membawa timnya meraih kemenangan dengan skor 4-2.

Pemain kelahiran Douala, Kamerun 21 Februari 1980 tersebut berhasil menceploskan satu gol ke gawang Juku Eja yang dikawal oleh Rivky Deython Mokodompit, Dzumafo hanya membutuhkan waktu delapan menit usai masuk menggantikan Vendry Ronaldo Mofu di menit ke-81.

Seukuran pemain sepak bola di Indonesia, umur 39 tahun dinilai tidak produktif lagi. Namun bukan suatu halangan bagi Dzumafo untuk terus bersaing dengan penyerang lainnya.

“Tetap jaga kondisi dengan latihan yang rajin, walaupun sedikit aja tapi tetap aktif,” kata Dzumafo

Selain menjaga kondisi tubuh dengan latihan, Dzumafo mengaku menjaga pola makan menjadi salah satu unsur penting. Hingga kini Dzumafo menjadi mesin gol bagi The Guardian dengan membukukan tujuh gol di Piala Indonesia 2018-2019.

Sementara dijajaran top skor Piala Indonesia, jumlah gol Dzumafo terpaut tiga gol dari Amido Balde dari Persebaya Surabaya. Disinggung mengenai target pribadi ia mengaku tidak memikirkan menjadi pencetak gol terbanyak.

“Menjadi top skor bukan target utama, target utama membawa bhayangkara FC sejauh mungkin,” kata mantan pemain Arema itu.

Dengan kemenangan 4-2, membuat peluang Bhayangkara FC untuk lolo ke babak semifinal Piala Indonesia terbuka lebar. Mereka hanya memerlukan hasil imbang atau kalah dengan selisih tidak lebih dari satu gol di leg kedua yang akan berlangsung di Makassar, Jumat (3/5).

Baca juga: Bhayangkara tuai hasil keputusan rekrut Dzumafo

Baca juga: Herman Dzumafo: pemilu buat saya jadi warga Indonesia tulen