Singapura (ANTARA) - Harga minyak merosot di perdagangan Asia pada Jumat pagi, di tengah ekspektasi bahwa klub produsen OPEC akan segera meningkatkan produksi untuk menebus penurunan ekspor dari Iran, menyusul pengetatan sanksi-sanksi oleh Amerika Serikat terhadap Teheran.

Minyak mentah berjangka Brent berada di 74,09 dolar AS per barel pada pukul 00.29 GMT (07.29 WIB), turun 26 sen AS atau 0,4 persen, dari penutupan terakhir mereka.

Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), diperdagangkan di 64,82 dolar AS per barel, turun 39 sen AS atau 0,6 persen, dari penyelesaian sebelumnya.

Penurunan terjadi setelah kenaikan Brent di atas 75 dolar AS per barel untuk pertama kalinya tahun ini pada Kamis (25/4/2019), setelah Jerman, Polandia dan Slovakia menangguhkan impor minyak Rusia melalui pipa besar, mengutip kualitas yang buruk. Langkah itu memotong sebagian Eropa dari rute pasokan utama.

Tetapi harga-harga sudah naik sebelum gangguan di Rusia, didorong oleh pengurangan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang didominasi Timur Tengah dan sanksi-sanksi AS terhadap Venezuela dan Iran. Minyak mentah berjangka naik sekitar 40 persen sepanjang tahun ini.

Washington mengatakan pada Senin (22/4/2019) bahwa pihaknya akan mengakhiri semua keringanan sanksi terhadap Iran, menuntut negara-negara menghentikan impor minyak dari Teheran mulai Mei atau menghadapi tindakan hukuman dari Washington.

Untuk menebus kekurangan dari Iran, Amerika Serikat menekan pemimpin de-facto OPEC Arab Saudi untuk mengakhiri pengendalian pasokan sukarela.

"AS akan terus menekan Arab Saudi untuk meningkatkan produksinya guna menutupi kesenjangan pasokan," kata Alfonso Esparza, analis pasar senior di pialang berjangka OANDA seperti dikutip dari Reuters.

Konsultan energi FGE mengatakan, "Kebutuhan sekarang sangat jelas bagi OPEC+ untuk mengambil tindakan dan meningkatkan produksi" guna menjaga agar pasar tetap tersuplai dengan baik dan mencegah kenaikan harga.

Meskipun upaya-upaya AS untuk menekan ekspor minyak Iran turun menjadi nol, banyak analis memperkirakan beberapa minyak masih merembes ke luar negeri.

"Total 400.000 hingga 500.000 barel minyak mentah dan kondensat per hari akan terus diekspor," kata FGE, turun dari sekitar satu juta barel per hari saat ini.

Sebagian besar minyak ini akan diselundupkan keluar dari Iran atau pergi ke China meskipun ada sanksi AS. China, pembeli minyak Iran terbesar di dunia, minggu ini secara resmi mengeluh kepada AS atas sanksi unilateral Iran.

Baca juga: Harga minyak turun lebih rendah, pedagang khawatir kenaikan stok

Baca juga: Wall Street bervariasi, saham Facebook dan Microsoft melonjak

Baca juga: Harga emas berjangka naik lagi karena pasar ekuitas AS mundur