Pengamat sebut data "real count" BPN tidak proporsional
25 April 2019 18:34 WIB
Pengamat politik dari Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo (kanan) dalam diskusi Publik "Mengungkap Fenomena Hoaks dan Upaya Delegitimasi Penghitungan Suara Pasca Pemilu Serentak 2019", di Jakarta, Kamis (25/4/2019). (Antara Foto/Syaiful Hakim)
Jakarta (ANTARA) - Pengamat politik dari Indonesia Public Institute, Karyono Wibowo menilai data "real count" Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi yang menyebut pasangan calon nomor urut 02 itu mendapat 62 persen suara tidak proporsional.
Karyono dalam diskusi Publik "Mengungkap Fenomena Hoaks dan Upaya Delegitimasi Penghitungan Suara Pasca-Pemilu Serentak 2019", di Jakarta, Kamis, mengaku telah melakukan penelitian terkait data perolehan kubu pasangan Prabowo-Sandi.
Dari hasil penelitiannya, kubu 02 telah mengolah data yang tidak proporsional sehingga menyebabkan adanya perbedaan hasil dengan penghitungan suara sementara KPU dan hasil hitung cepat lembaga survei.
"Ada klaim kemenangan 62 persen. Mereka mencoba untuk menunjukkan sebuah data, datanya adalah menurut mereka C1 yang masuk ke 'data center'. Ternyata setelah kita cek ada perbedaan data. Data yang masuk di 'data center' mereka tidak proporsional," ungkapnya.
Dirinya mencontohkan, dalam pengambilan data di Banten dan cara pengambilan sampel juga ternyata kurang proporsional. Data yang masuk ke kubu 02 pun hanya 0,6 persen.
"Kalau menurut proporsi KPU Banten itu 0,8 persen. Di DKI Jakarta, proporsi data yang masuk data center mereka 13,7 persen. Sementara proporsi data TPS di Jakarta hanya 3,6 persen," ucapnya.
Menurut Karyono, data yang tidak proporsional akan menyebabkan hasil penghitungan yang bias.
Sehingga, tidak heran terjadi perbedaan yang sangat signifikan antara hasil perhitungan suara kubu 02 dengan data dari sejumlahl embaga survei kredibel.
"Kesimpulannya adalah data yang ditampilkan kubu Prabowo sandi yang diklaim 62 persen itu datanya tidak proporsional, sehingga datanya pasti bias," tuturnya.
Karyono dalam diskusi Publik "Mengungkap Fenomena Hoaks dan Upaya Delegitimasi Penghitungan Suara Pasca-Pemilu Serentak 2019", di Jakarta, Kamis, mengaku telah melakukan penelitian terkait data perolehan kubu pasangan Prabowo-Sandi.
Dari hasil penelitiannya, kubu 02 telah mengolah data yang tidak proporsional sehingga menyebabkan adanya perbedaan hasil dengan penghitungan suara sementara KPU dan hasil hitung cepat lembaga survei.
"Ada klaim kemenangan 62 persen. Mereka mencoba untuk menunjukkan sebuah data, datanya adalah menurut mereka C1 yang masuk ke 'data center'. Ternyata setelah kita cek ada perbedaan data. Data yang masuk di 'data center' mereka tidak proporsional," ungkapnya.
Dirinya mencontohkan, dalam pengambilan data di Banten dan cara pengambilan sampel juga ternyata kurang proporsional. Data yang masuk ke kubu 02 pun hanya 0,6 persen.
"Kalau menurut proporsi KPU Banten itu 0,8 persen. Di DKI Jakarta, proporsi data yang masuk data center mereka 13,7 persen. Sementara proporsi data TPS di Jakarta hanya 3,6 persen," ucapnya.
Menurut Karyono, data yang tidak proporsional akan menyebabkan hasil penghitungan yang bias.
Sehingga, tidak heran terjadi perbedaan yang sangat signifikan antara hasil perhitungan suara kubu 02 dengan data dari sejumlahl embaga survei kredibel.
"Kesimpulannya adalah data yang ditampilkan kubu Prabowo sandi yang diklaim 62 persen itu datanya tidak proporsional, sehingga datanya pasti bias," tuturnya.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019
Tags: