Jakarta (ANTARA) - "Sebanyak 16 polisi meninggal dalam tugas pengamanan Pemilu 2019 karena kelelahan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Kepolisian Indonesia, Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo.

"Satu lagi yang gugur pagi tadi jam 05.30 WIB atas nama Bripka Roma di Riau. Yang bersangkutan kelelahan setelah pengamanan di gudang Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) kemudian mau kembali untuk mengecek logistik di PPK kecelakaan tunggal," ujar dia, di Jakarta, Kamis.

Seluruh 16 anggota polisi yang gugur diberikan penghargaan kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi dari Kepala Kepolisian Indonesia, Jenderal Polisi Tito Karnavian.

Sejauh ini jumlah itu meningkat 100 persen dibandingkan Pemilu 2014 dengan total delapan polisi yang meninggal saat menjalankan tugas melakukan pengamanan.

Dari sisi petugas pelaksana, 119 petugas KPPS/PPS meninggal dunia, termasuk yang bunuh diri karena depresi. Selain itu, ada juga yang keguguran kandungannya, selain ratusan yang lain dirawat di rumah sakit.

Prasetyo menilai, penambahan anggota gugur karena durasi dari mulai pengawalan surat suara, persiapan berangkat, pengamanan di TPS dan penghitungan suara lebih lama.

Saat Pemilu 2014, tugas pengamanan selesai saat sore hari karena malam hari tidak ada penghitungan, sementara pada Pemilu 2019 penghitungan dapat berlangsung hingga malam atau dini hari.

Untuk mencegah yang meninggal karena kelelahan, ucap dia, sudah dikeluarkan perintah agar tugas pengamanan PPK dan pengawalan logistik pemilu ke KPU tingkat kabupaten/kota dilakukan bergantian.

"Juga memberikan tambahan asupan vitamin dalam rangka menjaga stamina anggota. Tentunya dicek kesehatan, dikontrol setiap saat," ujar Dedi Prasetyo.

Ada pun total personel Polri yang diturunkan untuk mengamankan 813.000 TPS seluruh Indonesia sebanyak 271.880 orang.