Pangkalpinang (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa nilar tukar nelayan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menempati posisi tertinggi di Indonesia sebagai dampak harga ikan hasil tangkapan nelayan daerah itu yang tinggi karena dijual dalam bentuk segar.

"Ikan segar tentunya harganya lebih mahal," kata Susi Pudjiastuti saat menjadi pembicara pada Sidang Pleno ke XVI Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI) di Pangkalpinang, Kamis.

Ia mengatakan bahwa populasi ikan di Bangka Belitung sangat banyak, apalagi provinsi penghasil bijih timah ini juga berdekatan dengan Singapura dan Malaysia sehingga ikan ini menjadi salah satu komoditas ekspor daerah ini.

"Di satu sisi ikan ini menghasilkan devisa bagi negara dan di sisi lain menjadi suatu kebaikan bagi nelayan di daerah ini," katanya.

Menurut dia, apabila harga ikan mahal dan memberatkan ekonomi serta memicu inflasi daerah ini, masyarakat bisa memancing di laut. "Mancing di laut Bangka Belitung sebentar saja mendapat ikan. Nanti melihat harga ikan di pasar tinggi, masyarakat menjual lagi hasil tangkapannya," katanya.

Ia menambahkan bahwa harga ikan tinggi cukup bagus untuk nelayan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya. "Ikan hasil tangkapan nelayan di Bangka Belitung lebih segar dan harganya juga lebih mahal, karena menjadi komoditas ekspor," ujarnya.

Susi mengatakan bahwa seluas 71 persen wilayah Indonesia adalah laut dan produksi ikan terbesar ada di Indonesia. Produktivitas ini harus dijaga dan bisnis yang dibangun harus beretika.

Integritas anak bangsa, katanya. sangat dibutuhkan untuk menjaganya karena ekonomi perikanan harus menjadi potensi masa depan yang harus terus digarap, meski pengelolaan perikanan tangkap sudah lebih baik.

"Seluruh alumni AFEBI memiliki kedudukan dan mari kita bangun mentalitas dan paradigma karena sekarang kita punya situasi yang berbeda, di mana banyak wilayah bekas tambang ditinggalkan dan menjadi kota mati, dan Bangka salah satunya," ujarnya.