Kepala Humas PT KAI Daop 1 Jakarta Eva Chairunisa, di Jakarta, Rabu, menyebutkan total perlintasan sebidang yang ada di wilayah operasi tersebut tercatat sebanyak 472 titik.
Dari 472 perlintasan itu, kata dia, sebanyak 132 merupakan perlintasan resmi yang dijaga petugas dari KAI, kemudian 50 perlintasan dijaga oleh pihak non-KAI.
"Yang 290-nya perlintasan liar. Banyak sekali tersebar di berbagai titik. Kami akan pilah-pilah titik mana yang rawan kecelakaan untuk bisa ditempatkan penjaga perlintasan," katanya.
Diakui Eva, cukup banyaknya perlintasan sebidang memang tidak memungkinkan KAI menempatkan personelnya untuk menjaga secara keseluruhan sehingga dipilih di perlintasan yang rawan kecelakaan.
Menurut Eva, persoalan perlintasan sebidang memang sangat kompleks sehingga membutuhkan koordinasi dari berbagai pihak, termasuk KAI dengan pemerintah daerah.
"Kesulitan penutupan perlintasan sebidang seringkali justru karena ada penolakan dari warga di area tersebut. Ini menjadi tantangan kita bersama, baik KAI, pemda, dan pemerintah setempat untuk melakukan sosialisasi dan pendekatan," katanya.
Masyarakat, kata Eva, harus memahami bahwa keberadaan perlintasan sebidang ini sangat membahayakan.
Ia mengatakan KAI saat ini tengah melakukan pemetaan titik-titik perlintasan sebidang yang dalam waktu dekat akan ditutup dan dibangunkan fly over, underpass, maupun jembatan penyeberangan orang (JPO).
"Sebenarnya sudah banyak juga yang ditutup dan dibuatkan JPO, seperti di Tebet, Pasar Minggu Baru, Tanjung Barat, Universitas Indonesia (UI)," katanya.
Masa angkutan Lebaran 2019, kata Eva, sudah ditetapkan PT KAI selama 22 hari, yakni mulai 26 Mei sampai dengan 15 Juni 2019.
Baca juga: KAI Daop I siapkan 20 KA tambahan Lebaran
Baca juga: Kereta tambahan Lebaran disiagakan hingga 26 Juni
Baca juga: KAI Daop I siapkan 20 KA tambahan Lebaran
Baca juga: Kereta tambahan Lebaran disiagakan hingga 26 Juni