Ternate (ANTARA) - Para pelaku usaha di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara (Malut), mendukung pembukaan penerbangan langsung dari Bandara Kuabang Kao ke Makassar, Sulawesi Selatan, dan sebaliknya, yang kini diupayakan pemerintah kabupaten
(pemkab) setempat.

"Adanya penerbangan langsung dari Kuabang Kao ke Makassar itu akan memudahkan para pelaku usaha yang ingin ke Makassar atau melanjutkan ke kota lain untuk urusan usaha," kata salah seorang pelaku usaha dari Halmahera Utara Sugianto di Ternate, Rabu (24/4).

Para pelaku usaha dan masyarakat umum di Halmahera Utara selama ini jika ingin ke Makassar atau kota lainnya di Indonesia harus terbang dahulu dari Bandara Kuabang Kao ke Ternate atau Manado dan tidak jarang harus menunggu berjam-jam untuk bisa melanjutkan penerbangan ke tempat tujuan.

Selain itu, menurut dia, pesawat yang melayani penerbangan dari Bandara Kuabang Kao ke Ternate atau Manado adalah pesawat kecil dengan kapasitas penumpang terbatas, sehingga jika ada pelaku usaha masyarakat umum yang ingin berangkat mendadak jarang bisa mendapatkan tiket karena sudah penuh.

Perusahaan penerbangan yang akan melayani rute penerbangan langsung Bandara Kuabang Kao-Makassar dan sebaliknya diharapkan tidak memasang harga tiket pesawat yang tidak terlalu mahal agar tidak memberatkan masyarakat dan setiap penerbangan selalu dipadati penumpang.

Sugianto juga mengharapkan agar perusahaan penerbangan membuka rute penerbangan langsung dari Bandara Kuabang Kao ke kota-kota lain, seperti Ambon, Sorong dan Jayapura, karena banyak masyarakat Halmahera Utara yang selama ini bepergian kesana begitu pula sebaliknya.

Sebelumnya Pemkab Halmahera Utara diperoleh keterangan bahwa Bupati Halmahera Utara Frans Manery telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan pihak perusahaan penerbangan Sriwijaya Air untuk penerbangan langsung dari Bandara Kuabang Kao ke Makassar dan sebaliknya, yang direncanakan mulai beroperasi Mei 2019.

Bandara Kuabang Kao yang sejak tiga tahun terakhir terus dibenahi, baik dari segi penambahan panjang landasan maupun infrastruktur penunjang diproyeksikan menjadi bandara alternatif bagi Bandara Sultan Babullah Ternate, jika bandara ini tidak beroperasi akibat adanya erupsi Gunung Gamalama.