Warga Sri Lanka cari keluarga di kamar mayat
23 April 2019 08:10 WIB
Warga Sri Lanka pada Senin memeriksa rumah sakit dan kamar mayat untuk mencari keluarga tercinta mereka, sehari setelah serangan bom bunuh diri terhadap gereja yang menyelenggarakan misa Paskah dan hotel mewah. (REUTERS/ATHIT PERAWONGMETHA)
Kolombo (ANTARA) - Warga Sri Lanka pada Senin memeriksa rumah sakit dan kamar mayat untuk mencari keluarga tercinta mereka, sehari setelah serangan bom bunuh diri terhadap gereja yang menyelenggarakan misa Paskah dan hotel mewah.
Di luar rumah sakit nasional di Kolombo, seorang perempuan yang bernama Rameshwary mengatakan ia sedang mencari teman yang berusia 17 tahun dan menghadiri misa pagi di St. Anthony's Shrine, satu dari tiga Gereja Katholik yang menjadi sasaran serangan terkoordinasi tersebut.
"Kami terus menelepon dia setelah kami mendengar mengenai peristiwa itu, tapi tak ada jawaban," kata wanita tersebut, yang memperlihatkan gambar di telepon genggamnya perempuan muda yang hilang,
Sri Lanka adalah negara yang kebanyakan rakyatnya adalah pemeluk Buddha tapi 22 juta warganya meliputi Kristen, Muslim dan Hindu.
Militer Sri Lanka selama beberapa dasawarsa terlibat perang melawan masyarakat minoritas separatis Tamil, kebanyakan dari mereka beragama Hindu. Tapi kerusuhan sudah berakhir sejak kemenangan pemerintah 10 tahun lalu.
Ibu Kota Sri Lanka, Kolombo, di pulau Samudra Hindia, gelisah pada Senin. Beredar desas-desus mengenai ledakan lain yang menghantui warga, saat polisi mencari pelaku serangan bom. Satu bom meledak saat satuan penjinak bom berusaha menjinakkannya.
Kebanyakan dari 290 orang yang tewas dan 500 orang yang cedera adalah warga negara Sri Lanka walaupun para pejabat pemerintah mengatakan 32 orang asing juga tewas. Banyak korban tewas belum diidentifikasi.
Pastur Katholik bergabung dengan keluarga dan teman yang berusaha memberi nama pada jenazah di kamar mayat.
Seorang lelaki mengatakan seorang temannya sedang mencari saudarinya, Kiruba --yang telah menghadiri misa Ahad. Mereka mencari perempuan itu di gereja yang dibom dan satu rumah sakit di dekatnya, tapi menemukan jejaknya.
"Itu sebabnya mengapa saya datang ke sini," kata lelaki tersebut kepada Reuters Television --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam.
Anggota keluar salah seorang dari tiga polisi yang tewas mengatakan mereka menjadi khawatir ketika ia tidak menjawab teleponnya setelah serangan tersebut.
"Lalu kami menerima pesan polisi yang mengatakan ia telah meninggal," kata Ranjith Wijesinghe, seorang kerabat personel polisi itu.
Beberapa penyintas menggambarkan kekacauan di gereja tempat orang yang sedang mengikuti misa telah berkumpul. Banyak gambar memperlihatkan mayat di tanah dan patung serta bangku gereja yang diperciki darah.
M.M. Mohomed, seorang penjaga toko di Kolombo, sedang mencari seorang pekerja yang hilang di tengah bangku yang terbakar dan berantakan dan beton yang parah di St. Anthony's.
"Tak ada keterangan mengenai dia sejak ia meninggalkan toko," katanya. "Orang tuanya berada di instalasi gawat darurat untuk mencari wanita pegawai toko tersebut. Saya pergi ke kamar mayat polisi untuk melihat apakah ia ada di sana."
Beberapa pelaku serangan bom bunuh diri juga menyerang tiga hotel di Kolombo pada saat yang sama, saat tamu berkumpul untuk sarapan.
Seorang pegawai di Hotel Kingsbury mengatakan ia sedang berdiri di dekat restoran Hotel Harbour Court ketika ledakan mengguncang gedung itu.
"Para tamu yang datang untuk sarapan tergeletak di lantai, darah di mana-mana," katanya.
"Kami mengangkat setiap orang, meninggal atau hidup, dan mengungsikan mereka," katanya.
Sumber: Reuters
Di luar rumah sakit nasional di Kolombo, seorang perempuan yang bernama Rameshwary mengatakan ia sedang mencari teman yang berusia 17 tahun dan menghadiri misa pagi di St. Anthony's Shrine, satu dari tiga Gereja Katholik yang menjadi sasaran serangan terkoordinasi tersebut.
"Kami terus menelepon dia setelah kami mendengar mengenai peristiwa itu, tapi tak ada jawaban," kata wanita tersebut, yang memperlihatkan gambar di telepon genggamnya perempuan muda yang hilang,
Sri Lanka adalah negara yang kebanyakan rakyatnya adalah pemeluk Buddha tapi 22 juta warganya meliputi Kristen, Muslim dan Hindu.
Militer Sri Lanka selama beberapa dasawarsa terlibat perang melawan masyarakat minoritas separatis Tamil, kebanyakan dari mereka beragama Hindu. Tapi kerusuhan sudah berakhir sejak kemenangan pemerintah 10 tahun lalu.
Ibu Kota Sri Lanka, Kolombo, di pulau Samudra Hindia, gelisah pada Senin. Beredar desas-desus mengenai ledakan lain yang menghantui warga, saat polisi mencari pelaku serangan bom. Satu bom meledak saat satuan penjinak bom berusaha menjinakkannya.
Kebanyakan dari 290 orang yang tewas dan 500 orang yang cedera adalah warga negara Sri Lanka walaupun para pejabat pemerintah mengatakan 32 orang asing juga tewas. Banyak korban tewas belum diidentifikasi.
Pastur Katholik bergabung dengan keluarga dan teman yang berusaha memberi nama pada jenazah di kamar mayat.
Seorang lelaki mengatakan seorang temannya sedang mencari saudarinya, Kiruba --yang telah menghadiri misa Ahad. Mereka mencari perempuan itu di gereja yang dibom dan satu rumah sakit di dekatnya, tapi menemukan jejaknya.
"Itu sebabnya mengapa saya datang ke sini," kata lelaki tersebut kepada Reuters Television --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam.
Anggota keluar salah seorang dari tiga polisi yang tewas mengatakan mereka menjadi khawatir ketika ia tidak menjawab teleponnya setelah serangan tersebut.
"Lalu kami menerima pesan polisi yang mengatakan ia telah meninggal," kata Ranjith Wijesinghe, seorang kerabat personel polisi itu.
Beberapa penyintas menggambarkan kekacauan di gereja tempat orang yang sedang mengikuti misa telah berkumpul. Banyak gambar memperlihatkan mayat di tanah dan patung serta bangku gereja yang diperciki darah.
M.M. Mohomed, seorang penjaga toko di Kolombo, sedang mencari seorang pekerja yang hilang di tengah bangku yang terbakar dan berantakan dan beton yang parah di St. Anthony's.
"Tak ada keterangan mengenai dia sejak ia meninggalkan toko," katanya. "Orang tuanya berada di instalasi gawat darurat untuk mencari wanita pegawai toko tersebut. Saya pergi ke kamar mayat polisi untuk melihat apakah ia ada di sana."
Beberapa pelaku serangan bom bunuh diri juga menyerang tiga hotel di Kolombo pada saat yang sama, saat tamu berkumpul untuk sarapan.
Seorang pegawai di Hotel Kingsbury mengatakan ia sedang berdiri di dekat restoran Hotel Harbour Court ketika ledakan mengguncang gedung itu.
"Para tamu yang datang untuk sarapan tergeletak di lantai, darah di mana-mana," katanya.
"Kami mengangkat setiap orang, meninggal atau hidup, dan mengungsikan mereka," katanya.
Sumber: Reuters
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019
Tags: