Siswa SMPLB netra di Jember keluhkan panjangnya soal UN
22 April 2019 16:01 WIB
Seorang peserta SMPLB-A selesai mengerjakan ujian nasional dengan huruf braile di sekolah luar biasa (SLB)-A Bintoro Kabupaten Jember, Jawa Timur, Senin (22/4) (Zumrotun Solichah)
Jember (ANTARA) - Sejumlah siswa sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB-A) tuna netra di Kabupaten Jember, Jawa Timur mengeluhkan panjangnya soal ujian nasional (UN) mata pelajaran bahasa Indonesia dalam bentuk huruf braile, sehingga pihak pengawas membantu membacakan soal tersebut untuk mempermudah peserta mengisi jawaban dalam huruf braile.
UN tingkat SMP dan MTs, serta SMPLB di Kabupaten Jember digelar secara serentak pada 22-25 April 2019 dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, disusul Matematika, Bahasa Inggris dan terakhir Ilmu Pengetahuan Alam.
"Soal ujian mata pelajaran bahasa Indonesia terlalu panjang karena banyak bacaan, sehingga memakan waktu yang cukup lama untuk menjawab dengan menggunakan huruf braile," kata peserta UN SMPLB-A Totok Adi Dwi Candra usai mengikuti UN di SLB-A Bintoro Kabupaten Jember, Senin.
Cukup tebalnya soal UN Bahasa Indonesia dalam bentuk braile dan waktu yang disediakan hanya dua jam, akhirnya guru pengawas membantu membacakan soal-soal ujian tersebut untuk memudahkan peserta SMPLB menjawab soal tersebut dan menuliskan jawabannya ke dalam bentuk huruf braile.
"Sebenarnya tidak ada kendala dalam membaca soal ujian berhuruf braile karena kami sudah terbiasa, namun banyak bacaan yang panjang dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, sdhingga membutuhkan waktu cukup lama dalam menjawab satu soal saja," tuturnya.
Dengan dibacakan guru pengawas, lanjut dia, peserta bisa lebih berkonsentrasi untuk mendengar pertanyaan itu dan menjawabnya dalam lembar jawaban braile yang disediakan.
"Kami lebih cepat untuk menjawab saat dibacakan soal-soal Bahasa Indonesia itu, sehingga waktu dua jam bisa menyelesaikan sebanyak 50 soal ujian nasional dan saya optimistis bisa mengerjakan 70 persen soal ujian itu," katanya.
Sementara Kepala SLB-A Bintoro Jember Arida Choirun Nisa mengatakan jumlah peserta SMP-LB yang mengikuti ujian nasional di sekolah setempat sebanyak tiga peserta yakni atas nama Husni Mubarok, Puteri Febriana Sari, dan Totok Adi Dwi Candra.
"Awalnya peserta membaca sendiri soal ujian Bahasa Indonesia itu, namun peserta masih banyak yang belum selesai dalam menjawab soal-soal itu karena panjangnya pertanyaan dan akhirnya guru pengawas membacakan soal itu untuk peserta," katanya.
Ia menjelaskan soal yang dibacakan oleh dua guru pengawas mempercepat peserta SMPLB dalam menjawab soal, sehingga peserta difabel netra tersebut bisa mengerjakan sebanyak 50 soal hingga pukul 12.30 WIB sesuai jadwal selesainya ujian nasional.
"Mudah-mudahan tahun depan kami bisa melaksanakan ujian nasional berbasis komputer untuk difabel netra di Jember karena mereka lebih mudah dan cepat mengerjakan soal dalam bentuk 'listening' daripada mengerjakan soal berbentuk huruf braile," tuturnya.
Jumlah siswa SMPLB tuna netra di Kabupaten Jember yang mengikuti ujian nasional sebanyak empat orang dan semuanya hadir mengikuti ujian tersebut.
UN tingkat SMP dan MTs, serta SMPLB di Kabupaten Jember digelar secara serentak pada 22-25 April 2019 dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, disusul Matematika, Bahasa Inggris dan terakhir Ilmu Pengetahuan Alam.
"Soal ujian mata pelajaran bahasa Indonesia terlalu panjang karena banyak bacaan, sehingga memakan waktu yang cukup lama untuk menjawab dengan menggunakan huruf braile," kata peserta UN SMPLB-A Totok Adi Dwi Candra usai mengikuti UN di SLB-A Bintoro Kabupaten Jember, Senin.
Cukup tebalnya soal UN Bahasa Indonesia dalam bentuk braile dan waktu yang disediakan hanya dua jam, akhirnya guru pengawas membantu membacakan soal-soal ujian tersebut untuk memudahkan peserta SMPLB menjawab soal tersebut dan menuliskan jawabannya ke dalam bentuk huruf braile.
"Sebenarnya tidak ada kendala dalam membaca soal ujian berhuruf braile karena kami sudah terbiasa, namun banyak bacaan yang panjang dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, sdhingga membutuhkan waktu cukup lama dalam menjawab satu soal saja," tuturnya.
Dengan dibacakan guru pengawas, lanjut dia, peserta bisa lebih berkonsentrasi untuk mendengar pertanyaan itu dan menjawabnya dalam lembar jawaban braile yang disediakan.
"Kami lebih cepat untuk menjawab saat dibacakan soal-soal Bahasa Indonesia itu, sehingga waktu dua jam bisa menyelesaikan sebanyak 50 soal ujian nasional dan saya optimistis bisa mengerjakan 70 persen soal ujian itu," katanya.
Sementara Kepala SLB-A Bintoro Jember Arida Choirun Nisa mengatakan jumlah peserta SMP-LB yang mengikuti ujian nasional di sekolah setempat sebanyak tiga peserta yakni atas nama Husni Mubarok, Puteri Febriana Sari, dan Totok Adi Dwi Candra.
"Awalnya peserta membaca sendiri soal ujian Bahasa Indonesia itu, namun peserta masih banyak yang belum selesai dalam menjawab soal-soal itu karena panjangnya pertanyaan dan akhirnya guru pengawas membacakan soal itu untuk peserta," katanya.
Ia menjelaskan soal yang dibacakan oleh dua guru pengawas mempercepat peserta SMPLB dalam menjawab soal, sehingga peserta difabel netra tersebut bisa mengerjakan sebanyak 50 soal hingga pukul 12.30 WIB sesuai jadwal selesainya ujian nasional.
"Mudah-mudahan tahun depan kami bisa melaksanakan ujian nasional berbasis komputer untuk difabel netra di Jember karena mereka lebih mudah dan cepat mengerjakan soal dalam bentuk 'listening' daripada mengerjakan soal berbentuk huruf braile," tuturnya.
Jumlah siswa SMPLB tuna netra di Kabupaten Jember yang mengikuti ujian nasional sebanyak empat orang dan semuanya hadir mengikuti ujian tersebut.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019
Tags: