Aktivis perempuan: Teladani perjuangan Kartini
21 April 2019 22:45 WIB
Ilustrasi - Perupa Karawang asal Tasikmalaya Aboyz (42) menyelesaikan pembuatan lukisan wajah Kartini di kawasan Galuh Mas, Karawang, Jawa Barat, Minggu (21/4/2019). (ANTARA FOTO/Muhamad Ibnu Chazar)
Kendari (ANTARA) - Aktivis perempuan Sulawesi Tenggara mengajak kaum perempuan Indonesia untuk meneladani semangat perjuangan Kartini dalam kehidupan sehari-hari sesuai kedudukan dan peran kaum perempuan.
"Semangat perjuangan dan perlawanan Kartini terhadap upaya pengekangan kaum perempuan menjadi tonggak kesadaran perempuan Indonesia sebagai manusia yang memiliki harkat bermartabat," kata Aktivis Aliansi Perempuan Sultra, Hasmida Karim, di Kendari, Minggu.
Raden Adjeng Kartini (R.A Kartini) kelahiran Jepara, 21 April 1879 dikenal dengan perlawanannya terhadap feodalisme dan segala bentuk norma-norma yang mengekang perempuan.
Mendirikan sekolah dan menginisiasi kegiatan baca tulis bagi perempuan merupakan upaya Kartini membangun kesadaran kritis kaum perempuan untuk mengambil peran dalam mengubah peradaban berbangsa " kata Hasmida, Ketua Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Puspa) Sultra.
Kartini tidak saja memperjuangkan pendidikan yang sama bagi perempuan, namun juga perlakuan yang setara dan akses mendapatkan kualitas hidup yang baik bagi perempuan.
Semangat Perlawanan dan perjuangan Kartini, kata dia, adalah bukan melawan laki-laki, melainkan melawan pemikiran, pandangan yang kolot (konservatif) dan norma yang usang (tidak adil).
"Perjuangan Kartini hari ini dapat dinikmati oleh semua kalangan khususnya perempuan. Di hari perayaan hari Kartini tahun ini yang bersamaan dengan tahun Politik di Indonesia saya berharap akan muncul pemimpin-pemimpin pembaharu yang dapat memperjuangkan kepentingan perempuan," katanya.
Ketua Rumpun Perempuan Sultra, Husnawati mengatakan banyak sisi yang memungkinkan kaum perempuan untuk bersama-sama mengabdi kepada Ibu Pertiwi.
"Yang kita apresiasi kaum perempuan di daerah ini berani bertarung terjun di dunia politik untuk melakukan perubahan, sehingga dari tangan dan ide-ide mereka ada harapan akan lahirnya kebijakan-kebijakan yang mendukung eksistensi kaum perempuan," katanya.*
Baca juga: Perempuan penjaga alam
Baca juga: Elvira Marantika dan suara perempuan adat
"Semangat perjuangan dan perlawanan Kartini terhadap upaya pengekangan kaum perempuan menjadi tonggak kesadaran perempuan Indonesia sebagai manusia yang memiliki harkat bermartabat," kata Aktivis Aliansi Perempuan Sultra, Hasmida Karim, di Kendari, Minggu.
Raden Adjeng Kartini (R.A Kartini) kelahiran Jepara, 21 April 1879 dikenal dengan perlawanannya terhadap feodalisme dan segala bentuk norma-norma yang mengekang perempuan.
Mendirikan sekolah dan menginisiasi kegiatan baca tulis bagi perempuan merupakan upaya Kartini membangun kesadaran kritis kaum perempuan untuk mengambil peran dalam mengubah peradaban berbangsa " kata Hasmida, Ketua Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Puspa) Sultra.
Kartini tidak saja memperjuangkan pendidikan yang sama bagi perempuan, namun juga perlakuan yang setara dan akses mendapatkan kualitas hidup yang baik bagi perempuan.
Semangat Perlawanan dan perjuangan Kartini, kata dia, adalah bukan melawan laki-laki, melainkan melawan pemikiran, pandangan yang kolot (konservatif) dan norma yang usang (tidak adil).
"Perjuangan Kartini hari ini dapat dinikmati oleh semua kalangan khususnya perempuan. Di hari perayaan hari Kartini tahun ini yang bersamaan dengan tahun Politik di Indonesia saya berharap akan muncul pemimpin-pemimpin pembaharu yang dapat memperjuangkan kepentingan perempuan," katanya.
Ketua Rumpun Perempuan Sultra, Husnawati mengatakan banyak sisi yang memungkinkan kaum perempuan untuk bersama-sama mengabdi kepada Ibu Pertiwi.
"Yang kita apresiasi kaum perempuan di daerah ini berani bertarung terjun di dunia politik untuk melakukan perubahan, sehingga dari tangan dan ide-ide mereka ada harapan akan lahirnya kebijakan-kebijakan yang mendukung eksistensi kaum perempuan," katanya.*
Baca juga: Perempuan penjaga alam
Baca juga: Elvira Marantika dan suara perempuan adat
Pewarta: Sarjono
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: