Peringati Hari Bumi, mahasiswa Jateng tanam 6.500 mangrove
21 April 2019 19:25 WIB
Sejumlah anggota Mapala Arga Dahana Universitas Muria Kudus (UMK) menanam tanaman bakau (mangrove) di sepanjang Pantai Pohijo Desa Pohijo, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Minggu (21/4/2019). (Dokumentasi Universitas Muria Kudus)
Pati (ANTARA) - Mahasiswa pecinta alam (Mapala) Arga Dahana Universitas Muria Kudus (UMK), Jawa Tengah, menggelar peringatan Hari Bumi dengan menanam tanaman bakau (mangrove) untuk mencegah terjadinya abrasi di sepanjang Pantai Pohijo, Kabupaten Pati, Minggu.
Penanaman 6.500 bibit mangrove tersebut dilakukan serentak di garis pantai Pohijo dengan melibatkan pemuda desa setempat.
Ketua Panitia Penanaman Mangrove UMK, Eva Yuliana di Pati, Minggu, mengatakan kegiatan menanam mangrove dilakukan karena melihat kondisi pantai di desa sekitar yang mengalami abrasi.
Selanjutnya, kata dia, muncul ide untuk menanam mangrove di lokasi yang dianggap membutuhkan. Manfaat tanaman mangrove, katanya, cukup banyak seperti mencegah intrusi air laut, mencegah erosi dan abrasi pantai, sebagai pencegah dan penyaring alami hingga berperan dalam pembentukan pulau dan menstabilkan daerah pesisir.
Kegiatan lainnya, yakni melakukan kegiatan bersih-bersih pantai, karena kondisi pantai kurang terawat dengan melibatkan komunitas lingkungan dan masyarakat sekitar, termasuk pemuda karang taruna desa setempat.
Pelibatan banyak komunitas juga sebagai ajang silaturahmi dan tukar informasi terkait lingkungan karena untuk menjaga lingkungan harus melibatkan banyak pihak.
"Dengan melibatkan masyarakat sekitar, harapannya mereka juga peduli dan ikut merawat tanaman mangrove yang ditanam karena mereka yang paling dekat dengan lokasi," ujarnya.
Mapala Arga Dahana UMK, katanya, tidak akan berhenti setelah menanam karena nantinya juga akan ikut melakukan perawatan hingga tumbuh baik.
Tanaman mangrove juga memiliki nilai ekonomis, karena mulai dari kayu hingga buahnya bisa dimanfaatkan. Bahkan, ada yang dikembangkan menjadi objek wisata, seperti objek wisata hutan tanaman mangrove di Desa Sambilawang, Kecamatan Trangkil, Pati.
Luas hutan mangrove yang merupakan hasil kerja keras pemuda setempat, kini mencapai 15 hektare dan sudah dilengkapi dengan lintasan atau trek.
Penanaman 6.500 bibit mangrove tersebut dilakukan serentak di garis pantai Pohijo dengan melibatkan pemuda desa setempat.
Ketua Panitia Penanaman Mangrove UMK, Eva Yuliana di Pati, Minggu, mengatakan kegiatan menanam mangrove dilakukan karena melihat kondisi pantai di desa sekitar yang mengalami abrasi.
Selanjutnya, kata dia, muncul ide untuk menanam mangrove di lokasi yang dianggap membutuhkan. Manfaat tanaman mangrove, katanya, cukup banyak seperti mencegah intrusi air laut, mencegah erosi dan abrasi pantai, sebagai pencegah dan penyaring alami hingga berperan dalam pembentukan pulau dan menstabilkan daerah pesisir.
Kegiatan lainnya, yakni melakukan kegiatan bersih-bersih pantai, karena kondisi pantai kurang terawat dengan melibatkan komunitas lingkungan dan masyarakat sekitar, termasuk pemuda karang taruna desa setempat.
Pelibatan banyak komunitas juga sebagai ajang silaturahmi dan tukar informasi terkait lingkungan karena untuk menjaga lingkungan harus melibatkan banyak pihak.
"Dengan melibatkan masyarakat sekitar, harapannya mereka juga peduli dan ikut merawat tanaman mangrove yang ditanam karena mereka yang paling dekat dengan lokasi," ujarnya.
Mapala Arga Dahana UMK, katanya, tidak akan berhenti setelah menanam karena nantinya juga akan ikut melakukan perawatan hingga tumbuh baik.
Tanaman mangrove juga memiliki nilai ekonomis, karena mulai dari kayu hingga buahnya bisa dimanfaatkan. Bahkan, ada yang dikembangkan menjadi objek wisata, seperti objek wisata hutan tanaman mangrove di Desa Sambilawang, Kecamatan Trangkil, Pati.
Luas hutan mangrove yang merupakan hasil kerja keras pemuda setempat, kini mencapai 15 hektare dan sudah dilengkapi dengan lintasan atau trek.
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: