Curah hujan sedikit membuat Tanduk Afrika rawan pangan
18 April 2019 09:28 WIB
Seorang bocah pengungsi yang baru tiba dari daerah dataran rendah Shabelle di Somalia membawa papan tulis kayu yang ia gunakan untuk berlatih hafalan Al-Qur'an serta barang-barang miliknya memasuki kamp pengungsi Ifo yang diperluas di Dadaab, dekat perbatasan Kenya-Somalia, Minggu (31/7). Permasalahan kekeringan dan konflik di daerah selatan Somalia kini berubah menuju bencana kelaparan saat krisis pangan di daerah Tanduk Afrika makin memburuk, ungkap PBB. (FOTO ANTARA/REUTERS/Thomas Muk)
Nairobi, Kenya (ANTARA) - Dengan curah hujan yang sedikit, kondisi mendesak sangat perlu diatasi untuk mencegah krisis pangan di wilayah Tanduk Afrika, blok keamanan delapan-negara di wilayah tersebut pada Rabu (17/4).
Ketika berbicara dalam taklimat di Ibu Kota Kenya, Nairobi, seorang pejabat Lembaga Antar-pemerintah mengenai Pembangunan (IGAD) memperingatkan mengenai kondisi rawan pangan yang mengancam di wilayah itu, termasuk di Negara Kenya, Ethiopia, Somalia, Uganda, Djibouti, Eritrea dan Sudan Selatan.
Mahboub Maalim, Sekretaris Jenderal IGAD, mengatakan analisi memperlihatkan tingkat curah hujan sampai pertengahan April tampaknya memperlihatkan yang paling kering sejak 1981, terutama di Kenya Selatan, kebanyakan wilayah Somalia, Wilayah Somali di Ethiopia, dan daerah lokal Uganda akibat dampak perubahan Iklim.
Sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, KIamis pagi, ia mengatakan, "Kita saat ini berada pada tahap krisis. Dalam waktu amat, sangat cepat, kita akan berada pada kondisi darurat kemarau, kondisi lingkungan hidup menjadi bertambah buruk, semua negara mesti melakukan sesuatu."
Menurut IGAD, 2,75 juta anak yang berusia di bawah lima tahun diperkirakan menderita gizi buruk akut di Ethiopia, lebih dari 900.000 anak di Somalia, dan lebih dari 540.000 di Kenya.
Sumber: Anadolu Agency
Baca juga: 22,4 juta orang rawan pangan di Tanduk Afrika
Ketika berbicara dalam taklimat di Ibu Kota Kenya, Nairobi, seorang pejabat Lembaga Antar-pemerintah mengenai Pembangunan (IGAD) memperingatkan mengenai kondisi rawan pangan yang mengancam di wilayah itu, termasuk di Negara Kenya, Ethiopia, Somalia, Uganda, Djibouti, Eritrea dan Sudan Selatan.
Mahboub Maalim, Sekretaris Jenderal IGAD, mengatakan analisi memperlihatkan tingkat curah hujan sampai pertengahan April tampaknya memperlihatkan yang paling kering sejak 1981, terutama di Kenya Selatan, kebanyakan wilayah Somalia, Wilayah Somali di Ethiopia, dan daerah lokal Uganda akibat dampak perubahan Iklim.
Sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, KIamis pagi, ia mengatakan, "Kita saat ini berada pada tahap krisis. Dalam waktu amat, sangat cepat, kita akan berada pada kondisi darurat kemarau, kondisi lingkungan hidup menjadi bertambah buruk, semua negara mesti melakukan sesuatu."
Menurut IGAD, 2,75 juta anak yang berusia di bawah lima tahun diperkirakan menderita gizi buruk akut di Ethiopia, lebih dari 900.000 anak di Somalia, dan lebih dari 540.000 di Kenya.
Sumber: Anadolu Agency
Baca juga: 22,4 juta orang rawan pangan di Tanduk Afrika
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019
Tags: