Baghdad (ANTARA News) - Perdana Menteri Irak, Nuri al-Maliki, Minggu, mengatakan bahwa 7.000 keluarga yang meninggalkan negara yang porak-poranda akibat perang itu telah kembali ke rumah mereka akibat menurunnya kekerasan. "Akibat meningkatnya siatusi keamanan, sekitar 7.000 keluarga telah kembali ke Baghdad dan sejumlah provinsi lain," kata al-Maliki kepada wartawan tanpa memberikan tenggat waktu. Jalanan dan pasar-pasar di negara itu telah kembali normal menyusul serangkaian upaya yang dilakukan oleh pasukan keamanan Irak dan Amerika Serikat dalam delapan bulan terakhir, katanya kepada AFP. "Warga menikmati kehidupan dan kembali ke jalanan dan pasar mereka. Kami telah berhasil memulihkan kehidupan setelah delapan bulan upaya keamanan." Pada pekan lalu, Brigadir Jenderal Qassin Ata, Jurubicara bagi Perencana Keamanan Baghdad, mengatakan bahwa 46 ribu warga Irak yang melarikan diri akibat peningkatan aksi kekerasan telah kembali ke negara itu bulan lalu. Al-Maliki mengatakan bahwa bom mobil dan bom tepi jalan telah turun sekitar 77 persen dibandingkan pada Febuari lalu, ketika pasukan Amerika Serikat dan Irak melakukan upaya untuk mengatasi pemberontak dan milisi di Baghdad dan sekitarnya. "Kebanyakan pelaku teror telah meninggalkan negeri ini dan beberapa yang lain bersembunyi. Kemampuan kita untuk mengejar pelaku teror juga telah berkembang." Komentar al-Maliki tersebut muncul hanya beberapa jam setelah sebuah serangan bom di tepi jalan yang ditujukan kepada konvoi militer pasukan AS di kawasan pinggiran kota Al-Baladiyat, timur Baghdad, yang menurut petugas keamanan Irak mengakibatkan tewasnya seorang gadis kecil berusia 12 tahun dan melukai tiga warga sipil yang lain. Jurubicara militer AS, Mayor Winfield Danielson, mengkonfirmasi serangan itu, namun mengatakan tidak ada korban jiwa. (*)