Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kendala di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di luar negeri disebabkan oleh dua hal, yakni tingginya minat pemilih dan rumitnya sistem pemilu mulai dari memilih capres-cawapres hingga anggota legislatif.

"Ini kan efek yang sudah diperkirakan bahwa pemilu kita begitu rumit, bahwa juga tentu antusiasme masyarakat kita di luar negeri untuk memilih itu naik, dibandingkan pada lima tahun lalu," kata Wapres JK usai membuka Indonesia Industrial Summit 2019 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Senin.

Kekisruhan pelaksanaan pemilu dengan metode mencoblos di tempat pemungutan suara (TPS) luar negeri dilaporkan terjadi di Sydney dan Hong Kong. Sejumlah WNI tidak dapat menggunakan hak suaranya saat hari pemungutan suara karena waktu pencoblosan telah berakhir pukul 17.00 waktu setempat.

Banyaknya WNI pemilih yang tidak dapat mencoblos tersebut, menurut JK, dipengaruhi oleh lamanya satu pemilih ketika berada di bilik suara. Banyaknya surat suara yang harus dicoblos, menjadi salah satu bentuk kerumitan Pemilu 2019.

"Butuh waktu yang lama, setidaknya 12 sampai 15 menit satu orang. Kalau TPS-nya kurang, seperti terjadi kemarin di Australia dan Kuala Lumpur itu kurang, lama orang di TPS," jelasnya.

Pelaksanaan pemilu di luar negeri dilakukan dengan tiga cara, yakni hadir di TPS, melalui pos atau lewat kotak suara keliling.

Opsi memilih lewat pos diberikan kepada WNI pemiih dengan tempat tinggalnya jauh dari lokasi TPS yang biasanya berada di sekitar kantor KBRI atau KJRI di negara tersebut. Sementara metode memilih di kotak suara keliling dilakukan dengan cara panitia pemilihan luar negeri (PPLN) berkeliling ke titik-titik tertentu yang masih terjangkau oleh WNI.

Baca juga: WNI di India antusias coblos surat suara meski cuaca panas

Baca juga: Partisipasi pemilih di TPS Brasilia capai 100 persen

Baca juga: Pelajar Indonesia tempuh 12 jam perjalanan untuk mencoblos di Ankara