Areal pertanian produktif sekitar Bandara Soekarno-Hatta berkurang
14 April 2019 13:32 WIB
Petani memanen kangkung di lahan pertanian di sekitar Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Belakangan ini lahan pertanian produktif di sekitar Bandara Soetta menyusut setiap tahunnya, lantaran dijadikan pemukiman penduduk. (ANTARA FOTO/M. Ali Wafa)
Tangerang (ANTARA) - Areal pertanian produktif sekitar Bandara Internasional Soekarno-Hatta setiap tahun berkurang luasnya terutama di Kecamatan Sepatan, Pakuhaji, Sepatan Timur dan Sukadiri lantaran dijadikan pemukiman penduduk.
"Kami tidak dapat melarang warga pemilik tanah untuk menjual kepada pengembang perumahan karena merupakan hak mereka," kata Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar di Tangerang, Minggu.
Ahmed mengatakan berkurangnya lahan produktif itu merupakan konsekuensi logis pertumbuhan penduduk yang membutuhkan rumah, maka akhirnya areal persawahan ditimbun sebagai pemukiman.
Hal tersebut terkait tahun 2017 hingga tahun 2018 areal persawahan produktif menyusut 177 hektare yang semula seluas 5.724 hektar sekitar bandara terbesar di Indonesia tersebut.
Sedangkan yang terbanyak berkurang adalah di Kecamatan Pakuhaji dan Kecamatan Sepatan Timur karena memang berdekatan dengan bandara dan Kota Tangerang.
Padahal sebagian lahan persawahan itu mengunakan saluran irigasi teknis yang panen padi dapat dua kali dalam setahun menghasilkan 6,7 ton hingga 7,2 ton gabah kering pungkut (GKP).
Namun pihaknya berupaya untuk mempertahankan lahan yang masih tersisa untuk dijadikan lumbung pangan demi memenuhi kebutuhan penduduk setempat.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Tangerang, Aziz Gunawan mengatakan menetapkan sembilan kecamatan di kawasan pesisir sebagai lumbung pangan dengan mempertahankan areal pertanian produktif menghasilkan 448.201 ton padi.
Sedangkan lumbung pangan itu terdapat di Kecamatan Sukadiri, Sukamulya, Kronjo, Pakuhaji, Mauk, Rajeg, Mekarbaru, Gunung Kaler dan Kemiri.
Namun Lahan persawahan produktif yang tersedia itu seluas 74.910 hektare untuk panen dua kali dalam setahun.
Aziz mengatakan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tangerang pada tahun 2018 bahwa produktivitas padi sebesar 59,8 kwintal tiap hektare.
Upaya yang dilakukan dengan memperbaiki saluran irigasi, pemberian subsidi pupuk, permodalan, pemasaran serta menyiapkan peralatan traktor tangan.
Bahkan lumbung pangan itu tidak dapat dialihfungsikan dan dijadikan sebagai lahan abadi pertanian sehingga ketahanan pangan lokal dapat terjaga dengan baik.
Masalah pangan merupakan salah satu program strategis Pemkab Tangerang yang perlu dituntaskan selama tahun 2019.
Sebelumnya, konsumsi energi dan protein masyarakat di Indonesia setiap orang sebanyak 2.150 kalori dan konsumsi protein 57 gram per kapita/hari, untuk Kabupaten Tangerang sebanyak 2.197 kalori dan protein 66,9 gram.
Baca juga: Jumlah lahan pertanian Bekasi terus menyusut
Baca juga: Dampak alih fungsi, lahan pertanian di Madiun terus berkurang
"Kami tidak dapat melarang warga pemilik tanah untuk menjual kepada pengembang perumahan karena merupakan hak mereka," kata Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar di Tangerang, Minggu.
Ahmed mengatakan berkurangnya lahan produktif itu merupakan konsekuensi logis pertumbuhan penduduk yang membutuhkan rumah, maka akhirnya areal persawahan ditimbun sebagai pemukiman.
Hal tersebut terkait tahun 2017 hingga tahun 2018 areal persawahan produktif menyusut 177 hektare yang semula seluas 5.724 hektar sekitar bandara terbesar di Indonesia tersebut.
Sedangkan yang terbanyak berkurang adalah di Kecamatan Pakuhaji dan Kecamatan Sepatan Timur karena memang berdekatan dengan bandara dan Kota Tangerang.
Padahal sebagian lahan persawahan itu mengunakan saluran irigasi teknis yang panen padi dapat dua kali dalam setahun menghasilkan 6,7 ton hingga 7,2 ton gabah kering pungkut (GKP).
Namun pihaknya berupaya untuk mempertahankan lahan yang masih tersisa untuk dijadikan lumbung pangan demi memenuhi kebutuhan penduduk setempat.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Tangerang, Aziz Gunawan mengatakan menetapkan sembilan kecamatan di kawasan pesisir sebagai lumbung pangan dengan mempertahankan areal pertanian produktif menghasilkan 448.201 ton padi.
Sedangkan lumbung pangan itu terdapat di Kecamatan Sukadiri, Sukamulya, Kronjo, Pakuhaji, Mauk, Rajeg, Mekarbaru, Gunung Kaler dan Kemiri.
Namun Lahan persawahan produktif yang tersedia itu seluas 74.910 hektare untuk panen dua kali dalam setahun.
Aziz mengatakan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tangerang pada tahun 2018 bahwa produktivitas padi sebesar 59,8 kwintal tiap hektare.
Upaya yang dilakukan dengan memperbaiki saluran irigasi, pemberian subsidi pupuk, permodalan, pemasaran serta menyiapkan peralatan traktor tangan.
Bahkan lumbung pangan itu tidak dapat dialihfungsikan dan dijadikan sebagai lahan abadi pertanian sehingga ketahanan pangan lokal dapat terjaga dengan baik.
Masalah pangan merupakan salah satu program strategis Pemkab Tangerang yang perlu dituntaskan selama tahun 2019.
Sebelumnya, konsumsi energi dan protein masyarakat di Indonesia setiap orang sebanyak 2.150 kalori dan konsumsi protein 57 gram per kapita/hari, untuk Kabupaten Tangerang sebanyak 2.197 kalori dan protein 66,9 gram.
Baca juga: Jumlah lahan pertanian Bekasi terus menyusut
Baca juga: Dampak alih fungsi, lahan pertanian di Madiun terus berkurang
Pewarta: Adityawarman(TGR)
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: