Aden (ANTARA) - Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang tinggal di Arab Saudi sementara pasukan Houthi yang menjadi pesaingnya menguasai ibu kota Sanaa, melakukan kunjungan yang jarang ke negaranya pada Sabtu untuk menghadiri pertemuan parlemen yang terpecah di provinsi di bagian selatan negara itu.

Namun, di Sanaa kelompok Houthi telah mulai menyelenggarakan pemilihan-pemilihan untuk mengisi 24 kursi yang kosong di parlemen yang sama, kata kantor berita negara SABA.

Kedua pihak berada di bawah tekanan dari para pemain internasional untuk melaksanakan perjanjian gencatan senjata yang disponsori Perserikatan Bangsa-Bangsa yang disepakati tahun lalu di Swedia dan menyiapkan dialog politik lebih luas yang akan mengakhiri perang empat tahun. Para anggota parlemen dari kedua pihak akan bertemu untuk menyepakati kerangka kerja politik.

Pemerintahan Hadi yang didukung Riyadh, yang masih diakui internasional, berkedudukan di Aden, kota pelabuhan di bagian selatan Yaman, sejak tahun 2015 dan Hadi belum menginjakkan kakinya di sana sejak kunjungan Agustus lalu.

Para anggota parlemen yang bersekutu dengan Hadi berkumpul di Hayun, Provinsi Hadramaut, pada Sabtu untuk memilih Sultan al-Burkani dari Kongres Rakyat Umum (GPC) sebagai ketua parlemen. GPC adalah partai yang pernah dipimpin Presiden Ali Abdullah Saleh ketika masih hidup.

Koalisi militer pimpinan Saudi yang memerangi kelompok Houthi dalam perang yang menghancurkan itu berusaha merekrut para anggota dan petempur GPC sejak Saleh terbunuh pada Desember 2017 setelah tak lagi bersama-sama dengan Houthi.

"Sidang istimewa ini diadakan dalam momen bersejarah manakala kita berdiri di persimpangan jalan antara pilihan perang dan perdamaian," kata Hadi dalam sidang parlemen yang diikuti 145 anggota di Sayun.

"Kami mendukung utusan khusus PBB untuk mencapai perdamaian yang komprehensif," katanya.

Di Sanaa, Perdana Menteri Houthi Abdelaziz Bin Habtour mengajukan rencana-rencana untuk pemilihan di bawah bantuan Houthi untuk parlemen yang sama.

"Para pemilih akan memilih siapa yang akan mewakili mereka secara konstitusional dan legal," katanya.

Pada akhir Desember di Stockholm, kedua pihak menyepakati gencatan senjata dan penarikan tentara di pelabuhan Hudaidah, pertukaran tawanan, dan pembukaan kembali koridor kemanusiaan guna membantu jutaan orang Yaman yang sedang kelaparan, dengan para pemantau internasional mengawasi hal-hal tersebut.

Sumber: Reuters

Baca juga: Bentrokan sengit berkecamuk di Al-Hudaydah, Yaman

Baca juga: Koalisi pimpinan Saudi gerebek pesawat nir-awak di Sanaa Yaman