Teknologi Alat Mekanik Multifungsi Pedesaan kurangi kematian ibu hamil
12 April 2019 19:36 WIB
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika (paling kanan) dan Presiden Direktur PT Kreasi Mandiri Wintor Indonesia (KMWI) Reza Treistanto (tengah) saat menjadi pembicara pada workshop Peranan AMMDES untuk Memicu Produktivitas dan Kesejahteraan Masyarakat Desa di Bogor, Jumat. (ANTARA News/ Sella Panduarsa Gareta)
Bogor (ANTARA) - Kementerian Perindustrian menyebutkan, fleksibilitas desain dan ketangguhan Alat Mekanik Multifungsi Pedesaan (AMMDes) dapat dimanfaatkan oleh perangkat dan masyarakat desa untuk mengurangi angka kematian ibu melahirkan.
Direktur Industri Maritim Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan tentang keunggulan AMMDes itu saat menghadiri workshop ‘Peranan AMMDES untuk Memicu Produktivitas dan Kesejahteraan Masyarakat Desa' di Bogor, Jawa Barat, Jumat.
“Teknologi yang ada di AMMDes sama dengan teknologi yang ada di kendaraan 4 WD (Wheels Drive) sehingga memiliki kekuatan yang sangat cocok untuk menembus medan berat dan menjemput/mengantar ibu hamil ke rumah sakit terdekat,” kata Putu.
Putu mengatakan, AMMDes juga dilengkapi dengan sistem keamanan yang sangat baik karena ke-empat bannya dilengkapi dengan disc brake dan mampu melaju hingga 55 km per jam.
Unit yang suku cadangnya didominasi oleh pabrikan dalam negeri ini juga dilengkapi dengan teknologi engine power take off(PTO), sehingga membuat unit tidak mudah slip saat berhadapan dengan medan licin.
Melalui AMMDes, lanjut Putu, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas petani di desa. Sifatnya yang multiguna membuat AMMDes memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh jenis mobil pedesaan lainnya.
Putu menambahkan melalui AMMDes, petani dapat menikmati hasil tanamnya dengan lebih baik.
Mengacu pada data riset Kemenperin di Sukabumi dan juga Cianjur, Jawa Barat, rata-rata ongkos angkut hasil bumi ke kota menghabiskan dana sekitar Rp1,7 juta per bulan.
Hal itu disebabkan oleh kecilnya ruang pengangkutan, maklum selama ini para petani menjual hasil taninya ke Kota menggunakan sepeda motor sehingga jarak pengangkutan jadi “terlihat” lebih jauh, karena petani harus bolak-balik mengantar dan menjemput kembali hasil taninya. Namun dengan menggunakan AMMDes, ongkos kirim menyusut menjadi Rp900 ribu-an.
“Itu mengapa dalam AMMDes 2nd Summit akan kita undang seluruh stakeholder, karena kita ingin benar-benar membantu masyarakat dan mengubah pandangan masyarakat tentang teknologi,” ungkap Putu.
Direktur Industri Maritim Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan tentang keunggulan AMMDes itu saat menghadiri workshop ‘Peranan AMMDES untuk Memicu Produktivitas dan Kesejahteraan Masyarakat Desa' di Bogor, Jawa Barat, Jumat.
“Teknologi yang ada di AMMDes sama dengan teknologi yang ada di kendaraan 4 WD (Wheels Drive) sehingga memiliki kekuatan yang sangat cocok untuk menembus medan berat dan menjemput/mengantar ibu hamil ke rumah sakit terdekat,” kata Putu.
Putu mengatakan, AMMDes juga dilengkapi dengan sistem keamanan yang sangat baik karena ke-empat bannya dilengkapi dengan disc brake dan mampu melaju hingga 55 km per jam.
Unit yang suku cadangnya didominasi oleh pabrikan dalam negeri ini juga dilengkapi dengan teknologi engine power take off(PTO), sehingga membuat unit tidak mudah slip saat berhadapan dengan medan licin.
Melalui AMMDes, lanjut Putu, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas petani di desa. Sifatnya yang multiguna membuat AMMDes memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh jenis mobil pedesaan lainnya.
Putu menambahkan melalui AMMDes, petani dapat menikmati hasil tanamnya dengan lebih baik.
Mengacu pada data riset Kemenperin di Sukabumi dan juga Cianjur, Jawa Barat, rata-rata ongkos angkut hasil bumi ke kota menghabiskan dana sekitar Rp1,7 juta per bulan.
Hal itu disebabkan oleh kecilnya ruang pengangkutan, maklum selama ini para petani menjual hasil taninya ke Kota menggunakan sepeda motor sehingga jarak pengangkutan jadi “terlihat” lebih jauh, karena petani harus bolak-balik mengantar dan menjemput kembali hasil taninya. Namun dengan menggunakan AMMDes, ongkos kirim menyusut menjadi Rp900 ribu-an.
“Itu mengapa dalam AMMDes 2nd Summit akan kita undang seluruh stakeholder, karena kita ingin benar-benar membantu masyarakat dan mengubah pandangan masyarakat tentang teknologi,” ungkap Putu.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019
Tags: