Jakarta (ANTARA) - Pemerintah perlu untuk benar-benar mengatasi dampak dari masih tingginya ketidakpastian ekonomi global, seperti potensi keluarnya aliran dana asing keluar dengan cepat, hingga efek dari perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.

"Ketidakpastian ekonomi global masih tetap tinggi dan ini bisa menjadi pemicu aliran keluar serentak. Kita juga mengkhawatirkan kalau derasnya hot money juga digunakan untuk menciptakan sentimen pasar dan menggiring opini hasil pemilu nanti," kata Anggota Komisi XI DPR Ecky Awal Mucharam dalam rilis di Jakarta, Kamis.

Menurut politisi PKS itu, idealnya yang perlu didorong untuk masuk ke dalam negeri adalah investasi langsung yang sifatnya lebih stabil dan lebih bermanfaat bagi perekonomian nasional.

Ia mengingatkan bahwa dari laporan Bank Indonesia (BI), aliran dana asing ke portofolio hingga akhir Maret telah mencapai hampir Rp90 triliun dari awal tahun. Aliran tersebut terutama masuk ke instrumen yang likuid pada pasar surat berharga negara (SBN), Saham dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

"Harus ada upaya untuk mendorong investasi masuk ke sektor riil atau perlu kebijakan agar dana asing terparkir lebih lama," paparnya.

Ecky juga menilai bahwa derasnya hot money yang masuk karena situasi global pada saat ini masih lebih banyak menguntungkan bagi negara berkembang, antara lain karena meredanya ketegangan perang dagang China versus Amerika Serikat.

Terkait perang dagang, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dengan China dapat memberi efek ganda kepada Indonesia.

"Sebenarnya Indonesia itu, mau perang dagang dan tidak, itu semua ada efek positif dan negatifnya," kata Kalla ditemui di Kantor Wapres, Jakarta pada Selasa.

Jika perang dagang antara kedua negara adidaya itu terjadi, menurut Wapres, ekonomi dunia berpotensi merosot. Selain itu, ekspor Indonesia ke China diperkirakan akan menurun. Namun, potensi ekspor Indonesia ke AS menjadi tinggi karena produk subtitusi dari China banyak terdapat di Indonesia.

Kemudian, menurut dia, perang dagang itu juga bisa memicu relokasi bisnis dan investasi dari China ke Indonesia untuk menghindari peningkatan tarif.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengingatkan bahwa perang dagang akan menjadi tantangan ekonomi global selanjutnya setelah sentimen dari kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) mulai mereda.

Baca juga: Dubes Rusia puji pertumbuhan Indonesia di tengah ketidakpastian global

Baca juga: Presiden nyatakan potensi ketidakpastian ekonomi global masih tinggi