Platform nonton bertebaran, Nia Dinata setia ke bioskop
11 April 2019 16:31 WIB
Produser Filem Arisan dan Ca Bau Kan Nia Dinata mengajak masyarakat menjaga suara melalui KawalPemilu.org. Nia Dinata dalam media briefing KawalPemilu.org, Jakarta, Selasa. (M Arief Iskandar)
Jakarta (ANTARA) - Sutradara Nia Dinata mengatakan dia akan tetap memilih menonton di bioskop dibandingkan dari platform digital di gawai.
"Saya, tuh, orang zaman dulu, saya lebih memilih sinema. Saya lebih senang menonton di ruang yang gelap (bioskop), matikan gadget," kata Nia Dinata saat di acara Telkom Digisummit 2019 di Jakarta, Kamis.
Nia beralasan menonton di bioskop merupakan salah satu "me time", memberi waktu bersantai untuk diri sendiri, sekaligus mengasah berpikir kritis ketika menikmati sebuah karya.
Begitu juga ketika berkarya, Nia mengutamakan membuat film untuk layar lebar dibandingkan dengan platform konten digital, tapi, tidak berarti dia anti berkarya di platform digital.
Dia melihat platform digital, termasuk juga televisi, merupakan komplenter tempat dia menyebarkan karyanya.
Bagi Nia Dinata, yang sukses mengadaptasi "Ca Bau Kan" karya Remy Sylado ke layar lebar pada 2002 lalu, membuat film bukan semata menghasilkan uang, tapi, dia mencari kepuasan.
"Aku kerja bukan cari untung, tapi, cari kebahagiaan kepuasan," kata dia.
Nia pernah bekerja sama dengan perusahaan over-the top untuk memproduksi dua judul film yang khusus ditayangkan di platform tertentu. Menurut dia, salah satu keuntungan membuat film dengan platform digital adalah dapat segera mengetahui statistik respons masyarakat terhadap film tersebut.
Nia mengaku saat pertama kali membuat film untuk platform digital, di hari yang sama dengan peluncuran film, dia bisa langsung mendapatkan laporan mengenai jumlah penonton hari itu, siapa saja yang menonton dan dari mana mereka menonton film tersebut.
Bagi sineas seperti Nia, data-data seperti itu berharga karena dia dapat memahami penonton, termasuk film seperti apa yang disukai masyarakat, tanpa harus membuat sang sutradara merasa disetir pasar untuk membuat karya.
Baca juga: Nia Dinata ajak masyarakat jaga suara Pemilu 2019
Baca juga: Nia Dinata angkat profil perempuan di Festival Film Firenze
Baca juga: Ini kelemahan perfilman Indonesia versi Nia Dinata
"Saya, tuh, orang zaman dulu, saya lebih memilih sinema. Saya lebih senang menonton di ruang yang gelap (bioskop), matikan gadget," kata Nia Dinata saat di acara Telkom Digisummit 2019 di Jakarta, Kamis.
Nia beralasan menonton di bioskop merupakan salah satu "me time", memberi waktu bersantai untuk diri sendiri, sekaligus mengasah berpikir kritis ketika menikmati sebuah karya.
Begitu juga ketika berkarya, Nia mengutamakan membuat film untuk layar lebar dibandingkan dengan platform konten digital, tapi, tidak berarti dia anti berkarya di platform digital.
Dia melihat platform digital, termasuk juga televisi, merupakan komplenter tempat dia menyebarkan karyanya.
Bagi Nia Dinata, yang sukses mengadaptasi "Ca Bau Kan" karya Remy Sylado ke layar lebar pada 2002 lalu, membuat film bukan semata menghasilkan uang, tapi, dia mencari kepuasan.
"Aku kerja bukan cari untung, tapi, cari kebahagiaan kepuasan," kata dia.
Nia pernah bekerja sama dengan perusahaan over-the top untuk memproduksi dua judul film yang khusus ditayangkan di platform tertentu. Menurut dia, salah satu keuntungan membuat film dengan platform digital adalah dapat segera mengetahui statistik respons masyarakat terhadap film tersebut.
Nia mengaku saat pertama kali membuat film untuk platform digital, di hari yang sama dengan peluncuran film, dia bisa langsung mendapatkan laporan mengenai jumlah penonton hari itu, siapa saja yang menonton dan dari mana mereka menonton film tersebut.
Bagi sineas seperti Nia, data-data seperti itu berharga karena dia dapat memahami penonton, termasuk film seperti apa yang disukai masyarakat, tanpa harus membuat sang sutradara merasa disetir pasar untuk membuat karya.
Baca juga: Nia Dinata ajak masyarakat jaga suara Pemilu 2019
Baca juga: Nia Dinata angkat profil perempuan di Festival Film Firenze
Baca juga: Ini kelemahan perfilman Indonesia versi Nia Dinata
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019
Tags: