Alissa Wahid: Jangan mau diadu domba kepentingan penguasa
10 April 2019 16:24 WIB
Putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Alissa Wahid, menjawab pertanyaan dalam acara Forum Titik Temu di Jakarta, Rabu (10/4/2019). (Devi Nindy Sari Ramadhan)
Jakarta (ANTARA) - Putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Alissa Wahid, mengingatkan kepada masyarakat agar tidak mau diadu domba oleh kepentingan penguasa maupun pihak yang ingin mendapatkan kekuasaan menjelang pemilihan umum (pemilu).
Koordinator Jaringan Nasional Gusdurian itu menilai, politisi yang berkontestasi dalam pemilu sudah pasti melakukan apa yang kira-kira menguntungkan untuk mendulang suara terbanyak.
"Karena itu warga masyarakat jangan mau diadu domba dengan semangat kepentingan penguasa atau orang-orang yang sedang berlomba jadi penguasa," ujar Alissa dalam acara Forum Titik Temu di Jakarta, Rabu.
Dalam kontestasi pemilu, para politisi makin sering menggunakan isu-isu persaudaraan serta agama sebagai alat untuk mendapatkan dukungan suara selama kampanye pemilu.
Namun ia menilai langkah tersebut berpotensi memecah-belah bangsa di tengah menguatnya prasangka buruk, ujaran kebencian, intoleransi dan kasus-kasus kekerasan berbasis agama.
Alissa mengingatkan agar masyarakat tidak terpancing memusuhi satu sama lain akibat perbedaan pandangan dan pilihan politik.
"Selesai kontestasi, mereka (politisi) juga sudah selesai. Mereka bisa bersama satu sama lain karena itu wataknya politik, dunia politik," katanya.
Forum Titik Temu yang dicetuskan Nurcholis Madjid Society, Maarif Institute serta Wahid Foundation setelah lahirnya "Dokumen Persaudaraan Manusia" oleh para pemimpin agama se-dunia, mengajak masyarakat berbagai kalangan dan agama untuk memperkuat persaudaraan dan mengecam segala bentuk teror dan kekerasan.
"Forum ini lahir akibat keprihatinan kami bersama baik sebagai bangsa Indonesia maupun sebagai warga dunia. Keprihatinan atas situasi intoleransi, ekslusifisme dalam beragama, terorisme, ujaran kebencian merebaknya hoaks dan fitnah serta politik aliran yang makin menguat," ujar Ketua Nurcholis Madjid Society Muhammad Wahyuni Nafis.
Forum yang dihadiri ratusan peserta itu juga menekankan pentingnya usaha-usaha memperkuat lembaga-lembaga pendidikan dan mendorong mereka untuk mengajarkan nilai kemanusiaan, toleransi, budaya saling menghormati dan kebebasan tanpa perbedaan.
Acara tersebut dihadiri sejumlah tokoh seperti Mahfud MD, Tri Sutrisno, HS Dilon, Kommaruddin Hidayat, Yudi Latief, dan sejumlah tokoh perwakilan agama di Indonesia.
Koordinator Jaringan Nasional Gusdurian itu menilai, politisi yang berkontestasi dalam pemilu sudah pasti melakukan apa yang kira-kira menguntungkan untuk mendulang suara terbanyak.
"Karena itu warga masyarakat jangan mau diadu domba dengan semangat kepentingan penguasa atau orang-orang yang sedang berlomba jadi penguasa," ujar Alissa dalam acara Forum Titik Temu di Jakarta, Rabu.
Dalam kontestasi pemilu, para politisi makin sering menggunakan isu-isu persaudaraan serta agama sebagai alat untuk mendapatkan dukungan suara selama kampanye pemilu.
Namun ia menilai langkah tersebut berpotensi memecah-belah bangsa di tengah menguatnya prasangka buruk, ujaran kebencian, intoleransi dan kasus-kasus kekerasan berbasis agama.
Alissa mengingatkan agar masyarakat tidak terpancing memusuhi satu sama lain akibat perbedaan pandangan dan pilihan politik.
"Selesai kontestasi, mereka (politisi) juga sudah selesai. Mereka bisa bersama satu sama lain karena itu wataknya politik, dunia politik," katanya.
Forum Titik Temu yang dicetuskan Nurcholis Madjid Society, Maarif Institute serta Wahid Foundation setelah lahirnya "Dokumen Persaudaraan Manusia" oleh para pemimpin agama se-dunia, mengajak masyarakat berbagai kalangan dan agama untuk memperkuat persaudaraan dan mengecam segala bentuk teror dan kekerasan.
"Forum ini lahir akibat keprihatinan kami bersama baik sebagai bangsa Indonesia maupun sebagai warga dunia. Keprihatinan atas situasi intoleransi, ekslusifisme dalam beragama, terorisme, ujaran kebencian merebaknya hoaks dan fitnah serta politik aliran yang makin menguat," ujar Ketua Nurcholis Madjid Society Muhammad Wahyuni Nafis.
Forum yang dihadiri ratusan peserta itu juga menekankan pentingnya usaha-usaha memperkuat lembaga-lembaga pendidikan dan mendorong mereka untuk mengajarkan nilai kemanusiaan, toleransi, budaya saling menghormati dan kebebasan tanpa perbedaan.
Acara tersebut dihadiri sejumlah tokoh seperti Mahfud MD, Tri Sutrisno, HS Dilon, Kommaruddin Hidayat, Yudi Latief, dan sejumlah tokoh perwakilan agama di Indonesia.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan, Joko Susilo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Tags: