Gubernur: dana stimulan rumah rusak akibat gempa Sulteng cair
Pengungsi korban bencana gempa, tsunami dan likuifaksi mengambil air bersih yang disalurkan ke tenda hunian mereka di Kamp Pengungsian, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (17/1/2019). Pasca bencana, pemerintah provinsi Sulawesi Tengah mengaku telah mengajukan permohonan pencairan dana stimulan dan santunan duka bagi korban bencana alam di daerah tersebut ke pemerintah pusat sekitar Rp 2,6 triliun. Dana itu nantinya akan digunakan untuk membantu masyarakat yang terdampak bencana seperti untuk perbaikan rumah rusak dan santunan duka bagi korban meninggal dunia. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/hp.
"Dana stimulan untuk korban bencana alam di Kota Palu, Kabupaten Donmggala, Sigi dan Parigi Moutong tahap pertama sudah dikirim oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat ke rekening BPBD Sulteng," katanya usai membuka kegiatan Forum Investasi di Palu, Selasa.
Gubernur mengatakan jumlah dana stimulan tahap pertama untuk korban bencana alam di empat wilayah diu Provinsi Sulteng yang sudah ditransfer BNPB ke rekening BPBD sebesar Rp230 miliar.
"Itu untuk tahap pertama pencairan," kata dia.
Dana senilai itu, kata gubernur, tidak termasuk dana santunan korban meninggal dunia dan hilang akibat bencana alam tersebut. "Dana yang cair tahap pertama ini semata-mata merupakan dana untuk bangunan rumah warga yang mengalami rusak ringan,sedang dan berat," katanya.
Menjawab pertanyaan, Gubernur Longki mengatakan untuk petunjuk teknis (juknis) dan petunjuk pelaksanaan (juklak) pendistribusian kepada korban belum ada. "Kita tunggu dulu juknis dan juklak penyaluran seperti apa," ujarnya.
Gempa bumi yang terjadi pada 28 September 2018 yang menelan korban jiwa mencapai 4.000an tersebut berrkekuatan 7,4 SR. Gempa menimbulkan tsunami di Teluk Palu dan beberapa desa di Kabupaten Donmggala.
Selain menimbulkan tsunami, juga di beberapa permukiman penduduk di Kota Palu dan Kabupaten Sigi terjadi likuefaksi seperti di Balaroa dan Petobo di wilayah Palu.
Sementara di Kabupaten Sigi, lolkasi likuifaksi terjadi di Desa Jono'oge, Kecamatan Sigibiromaru dan Sibalaya di Kecamatan Tanambulava.
Bencana alam yang melanda empat wilayah di Provinsi Sulteng selain menimbulkan ribuan korban jiwa meninggal dunia dan hilang, juga bangunan rumah penduduk, perkantoran, sarana ibadah,rumah sakit, sekolah, jaringan irigasi, listrik, telekomunikasi, jalan, jembatan dan areal pertanian.
Pantauan ANTARA, beberapa badan jalan di wilayah Kabupaten Sigi yang rusak akibat gempa dan likuifaksi hingga kini masih belum diaspal.
Begitu halnya areal persawahan di Sigi sampai sekarang ini belum bisa diolah untuk menanam padi, sebab jaringan irigasi rusak total dan sedang dalam perbaikan kembali oleh Kementerian PUPR.
Akibatnya ada ratusan KK petani yang sawahnya rusak terpaksa harus mencari pekerjaan lain, termasuk menjadi buruh bangunan, sebab areal persawahan yang selama ini menjadsi sumber kehidupan mereka masih belum bisa diolah lagi karena irigasi macet total diterjang gempa bumi dan likuifaksi.
Sementara Agustina Sapan, salah seorang warga korban gempa bumi di Kota Palu menyambut gembira dana stimulan tahap pertama untuk rumah yang rusak sudah turun dari pusat.
"Ya mudah-mudahan saja tidak terlalu lama dana itu disalurkan kepada warga yang rumahnya rusak akibat gempa, tsunami dan likuifaksi," kata dia.
Dia mengaku rumahnya mengalami kerusakan ringan saat gempa bumi 7,4 SR mengguncang sejumlah wilayah Sulteng.
Baca juga: Menanti pencairan dana stimulan-duka korban bencana Sulteng
Baca juga: Wapres sebut dana stimulan korban bencana Sulteng cair awal Februari
Pewarta: Anas Masa
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019