Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat DKI Jakarta diminta membiasakan diri hidup berdampingan dengan banjir mengingat sebagian besar wilayah ibukota berada di dataran banjir. "Membiasakan diri seperti merancang hunian dengan sistem panggung," kata Dirjen Sumber Daya Air, Iwan Nusyirwan, di Jakarta, Kamis, menghadapi musim penghujan yang jatuh November 2007. Bahkan dia memperkirakan hujan tahun ini lebih besar dibandingkan dengan tahun 2002 lalu sehingga masyarakat mulai mengantisipasi dengan membersihkan saluran pembuangan (drainase). Menurut Iwan, selain daerahnya rendah, Jakarta juga dikelilingi oleh 13 sungai dan kali dari wilayah lain yang menyerbu kota Jakarta, antara lain Kali Cakung, Jati Keramat, Buaran, Sunter, Cipinang, Baru Timur, Ciliwung, Baru Barat, Krukut, Grogol, Pesanggrahan, Angke dan Mookervart. Ditambah lagi dengan terjepitnya alur sungai/kali tersebut oleh pemukiman penduduk dipinggiran kali. "Saat ini, kondisi sungai dan drainase sudah dipenuhi sampah, sehingga menyebabkan tersumbatnya aliran sungai yang kemudian meluap ke kanan-kiri sungai," kata Iwan. Iwan mengungkapkan, untuk wilayah DKI Jakarta ada 78 titik yang rawan banjir, terutama didaerah daerah yang padat penduduk seperti di Penjaringnan, Pluit, Duren Sawir, Pulogadung, Kelapa Gading, Sawah Besar, Koja, Cakung, Pancoran, Jatinegara dan Cilincing. Untuk menghadapi banjir ini, kata Iwan, selain penanganannya dengan struktural, seperti membuat tanggul sungai dan pembuatan banjir kanal, juga perlu ada penanganan non struktural seperti strategi komunikasi, melibatkan peran masyarakat dalam menghadapi banjir juga memetakan kejadian banjir. Dengan adanya upaya non struktural ini, komunikasi antar-instansi dengan masyarakat bisa terjalin kuat, sehingga penanganan lebih cepat dilakukan dengan lebih akurat. Seperti himbauan masyarakat agar tidak membuang sampah ke drainase atupun ke kali dan sungai.(*)