20 ribu bibit kopi Wamena ditanam di Pegunungan Pegaf, Papua Barat
9 April 2019 16:21 WIB
Bibit kopi Arabika Wamena di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Papua Barat yang akan dikembangkan di Kabupaten Pegunungan Arfak (FOTO ANTARA/Toyiban)
Manokwari (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf), Provinsi Papua Barat, akan menanam sebanyak 20 ribu bibit kopi Wamena untuk mengembangkan potensi perkebunan di daerah tersebut.
Program ini dilaksanakan bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) serta Pemerintah Provinsi Papua Barat.
"Ini jenis kopi arabika, cocok ditanam di ketinggian dan Pegunungan Arfak memiliki potensi itu," kata Koordinator Penyuluh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua Barat, Ulum Rizal di Manokwari, Selasa.
Ulum menyebutkan, penyemaian sudah selesai dilakukan dan bibit kopi yang didatangkan dari Wamena, Papua itu sudah siap ditanam. Dia berharap program ini berhasil agar dapat mendukung pengembangan pariwisata di Pegunungan Arfak.
Penyemaian bibit tersebut, lanjut dia, dilakukan di kebun percobaan Manokwari. Dari 20 ribu bibit yang disemai, 14 ribu di antaranya sudah ditanam.
"Masih tersisa sekitar 6.000 yang masih ada di BPTP. Dalam waktu dekat mungkin sudah diambil untuk ditanam," katanya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua Barat Jacob Fonataba pada wawancara terpisah mengutarakan, Pemkab Pegaf menyiapkan lahan seluas 2.000 hektare untuk perkebunan kopi. Lahan tersebut tersebar di sejumlah distrik atau kecamatan.
"Bapak gubernur sedang fokus mengembangkan perkebunan. Itu dilakukan dengan melihat potensi di setiap kabupaten, dan Pegunungan Arfak punya potensi untuk pengembangan kopi," kata dia.
Jacob menjelaskan, pengembangan perkebunan kopi ini dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat secara langsung, dari penanaman, pemeliharaan hingga panen. Ia berharap masyarakat mengelola perkebunan kopi secara baik agar memperoleh hasil maksimal.
"Jadi perkebunan itu masyarakat punya, mereka yang menanam, merawat dan memanen. Hasilnya pun untuk mereka, pemerintah daerah hanya mengawal agar semua berjalan lancar," katanya.
Ia ingin Pegunungan Arfak memiliki ikon lain selain Danau Kembar yang sudah dikenal masyarakat luas.
"Kita ingin Pegaf terkenal juga dengan kopinya. Sudah ada Danau Anggi dan Anggi Gida. Kopi harus untuk melengkapi agar pariwisata di sana maju," kata Jacob.
Baca juga: Papua Barat kembangkan 20 hektare kebun kopi
Baca juga: Kopi Arabika Wamena Papua kembali bangkit
Baca juga: Sayang kopi Wamena belum digarap maksimal, meski sudah dikenal
Program ini dilaksanakan bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) serta Pemerintah Provinsi Papua Barat.
"Ini jenis kopi arabika, cocok ditanam di ketinggian dan Pegunungan Arfak memiliki potensi itu," kata Koordinator Penyuluh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua Barat, Ulum Rizal di Manokwari, Selasa.
Ulum menyebutkan, penyemaian sudah selesai dilakukan dan bibit kopi yang didatangkan dari Wamena, Papua itu sudah siap ditanam. Dia berharap program ini berhasil agar dapat mendukung pengembangan pariwisata di Pegunungan Arfak.
Penyemaian bibit tersebut, lanjut dia, dilakukan di kebun percobaan Manokwari. Dari 20 ribu bibit yang disemai, 14 ribu di antaranya sudah ditanam.
"Masih tersisa sekitar 6.000 yang masih ada di BPTP. Dalam waktu dekat mungkin sudah diambil untuk ditanam," katanya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua Barat Jacob Fonataba pada wawancara terpisah mengutarakan, Pemkab Pegaf menyiapkan lahan seluas 2.000 hektare untuk perkebunan kopi. Lahan tersebut tersebar di sejumlah distrik atau kecamatan.
"Bapak gubernur sedang fokus mengembangkan perkebunan. Itu dilakukan dengan melihat potensi di setiap kabupaten, dan Pegunungan Arfak punya potensi untuk pengembangan kopi," kata dia.
Jacob menjelaskan, pengembangan perkebunan kopi ini dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat secara langsung, dari penanaman, pemeliharaan hingga panen. Ia berharap masyarakat mengelola perkebunan kopi secara baik agar memperoleh hasil maksimal.
"Jadi perkebunan itu masyarakat punya, mereka yang menanam, merawat dan memanen. Hasilnya pun untuk mereka, pemerintah daerah hanya mengawal agar semua berjalan lancar," katanya.
Ia ingin Pegunungan Arfak memiliki ikon lain selain Danau Kembar yang sudah dikenal masyarakat luas.
"Kita ingin Pegaf terkenal juga dengan kopinya. Sudah ada Danau Anggi dan Anggi Gida. Kopi harus untuk melengkapi agar pariwisata di sana maju," kata Jacob.
Baca juga: Papua Barat kembangkan 20 hektare kebun kopi
Baca juga: Kopi Arabika Wamena Papua kembali bangkit
Baca juga: Sayang kopi Wamena belum digarap maksimal, meski sudah dikenal
Pewarta: Toyiban
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: