Pusat pembelajaran konservasi diresmikan KLHK di Kalbar
8 April 2019 17:16 WIB
Kabupaten Ketapang, Kalbar saat ini memiliki Pusat Pembelajaran Konservasi dengan nama Sir Michael Uren yang diresmikan oleh Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutananan, Wiratno. (Istimewa)
Pontianak (ANTARA) - Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat saat ini memiliki Pusat Pembelajaran Konservasi dengan nama Sir Michael Uren yang diresmikan oleh Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutananan, Wiratno.
Dalam keterangan tertulisnya Wiratno di Pontianak, Senin, mengatakan Pusat Pembelajaran Konservasi Sir Michael Uren terletak di Desa Sungai Awan Kiri, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Ia menjelaskan, Pusat Pembelajaran Konservasi Sir Michael Uren Ketapang itu mempunyai visi untuk menjadi pusat pembelajaran lingkungan hidup bagi komunitas lokal, sektor swasta, lembaga penelitian akademik, serta organisasi pemerintah dan non-pemerintah untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi manusia dan alam.
"Pusat pembelajaran itu bertujuan untuk membangun kesadaran, pengetahuan dan kapasitas masyarakat melalui penelitian dan pendidikan untuk melindungi lingkungan dan memungkinkan adanya pertumbuhan berkelanjutan di Kabupaten Ketapang," ungkapnya.
Ia mengucapkan apresiasinya kepada Sir Michael Uren, yang telah membantu mewujudkan pembangunan Pusat Pembelajaran Lingkungan itu, serta seluruh tim International Animal Rescue (IAR) Indonesia yang selama ini telah berjuang menyelamatkan orangutan dan habitatnya.
"Saya berharap Pusat Pembelajaran ini dapat bertahan sampai lebih dari 100 tahun, begitu juga dengan seluruh tim IAR Indonesia," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan IAR Indonesia, Tantyo Bangun mengatakan, Pusat Pembelajaran itu menggunakan energi berkelanjutan yang memanfaatkan biogas dan tenaga surya.
"Dengan desain rumah panjang dan rumah bundar adat Dayak yang mencerminkan filosofi alami, fasilitas ini merupakan fasilitas yang nir-limbah dan swa-energi pertama di Kalimantan," katanya.
Dalam kesempatan itu, Wiratno juga melihat proses rehabilitasi bayi orangutan di dalam sekolah hutan melalui perangkat Virtual Reality. Perangkat ini digunakan untuk mensimulasikan pengunjung seolah-olah berada di dalam hutan bersama dengan orangutan yang tengah menjalani proses rehabilitasi, kata Tantyo Bangun.
Baca juga: Orangutan di Kalbar dievakuasi
Baca juga: Kalbar jadi pusat konservasi burung enggang
Dalam keterangan tertulisnya Wiratno di Pontianak, Senin, mengatakan Pusat Pembelajaran Konservasi Sir Michael Uren terletak di Desa Sungai Awan Kiri, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Ia menjelaskan, Pusat Pembelajaran Konservasi Sir Michael Uren Ketapang itu mempunyai visi untuk menjadi pusat pembelajaran lingkungan hidup bagi komunitas lokal, sektor swasta, lembaga penelitian akademik, serta organisasi pemerintah dan non-pemerintah untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi manusia dan alam.
"Pusat pembelajaran itu bertujuan untuk membangun kesadaran, pengetahuan dan kapasitas masyarakat melalui penelitian dan pendidikan untuk melindungi lingkungan dan memungkinkan adanya pertumbuhan berkelanjutan di Kabupaten Ketapang," ungkapnya.
Ia mengucapkan apresiasinya kepada Sir Michael Uren, yang telah membantu mewujudkan pembangunan Pusat Pembelajaran Lingkungan itu, serta seluruh tim International Animal Rescue (IAR) Indonesia yang selama ini telah berjuang menyelamatkan orangutan dan habitatnya.
"Saya berharap Pusat Pembelajaran ini dapat bertahan sampai lebih dari 100 tahun, begitu juga dengan seluruh tim IAR Indonesia," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan IAR Indonesia, Tantyo Bangun mengatakan, Pusat Pembelajaran itu menggunakan energi berkelanjutan yang memanfaatkan biogas dan tenaga surya.
"Dengan desain rumah panjang dan rumah bundar adat Dayak yang mencerminkan filosofi alami, fasilitas ini merupakan fasilitas yang nir-limbah dan swa-energi pertama di Kalimantan," katanya.
Dalam kesempatan itu, Wiratno juga melihat proses rehabilitasi bayi orangutan di dalam sekolah hutan melalui perangkat Virtual Reality. Perangkat ini digunakan untuk mensimulasikan pengunjung seolah-olah berada di dalam hutan bersama dengan orangutan yang tengah menjalani proses rehabilitasi, kata Tantyo Bangun.
Baca juga: Orangutan di Kalbar dievakuasi
Baca juga: Kalbar jadi pusat konservasi burung enggang
Pewarta: Andilala
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: