Begini cara meraih pasar ekspor produk kerajinan ke Jepang
5 April 2019 17:08 WIB
Illustrasi: Direktur Jenderal Indusri, Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih memperhatikan produk kerajinan yang ditampilkan pada pembukaan pameran Jogja International Furniture & Craft Fair Indonesia (Jiffina) 2019 di Yogayakarta. (ANTARA/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus berupaya mendorong ekspor produk kerajinan ke Jepang melalui seminar sehari dengan tema “Penetrasi Produk Kerajinan Indonesia ke Pasar Jepang” di Yogyakarta.
“Seminar ini merupakan salah satu upaya meningkatkan ekspor produk kerajinan Indonesia ke pasar Jepang. Dalam seminar ini pelaku usaha mendapatkan informasi mengenai selera konsumen Jepang dan kiat-kiat berbisnis dengan importir Jepang,” ungkap Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag Marolop Nainggolan lewat keterangannya diterima di Jakarta, Jumat.
Seminar tersebut digelar atas kerja sama Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional dengan Japan External Trade Organization (Jetro), Asosiasi Eksportir dan Produsen Kerajinan Indonesia (ASEPHI), serta Forum Meubel, Kerajinan dan Seni (Formekers) Yogyakarta.
Marolop menjelaskan, kurangnya pemahaman pelaku usaha terhadap tren dan preferensi konsumen Jepang yang memiliki keunikan dengan tingkat kualitas yang tinggi membuat pelaku usaha kerajinan Indonesia mengalami kesulitan dalam menembus pasar Jepang.
Selain itu, kurangnya konsistensi terhadap kualitas dan proses produksi yang masih manual menjadi kendala sektor kerajinan Indonesia dalam memenuhi standar pasar Jepang.
Namun, pasar Jepang masih menjadi andalan bagi sektor kerajinan Indonesia. Indonesia saat ini menjadi pemasok terbesar ketujuh untuk produk kerajinan ke Jepang dengan nilai sekitar 49,07 juta dolar AS pada 2018.
Jika dibandingkan dengan negara lainnya, Indonesia memiliki keunggulan tersendiri dengan berlimpahnya bahan baku alami, harga produk kerajinan yang cukup bersaing di pasar Internasional dan desain produk yang kreatif dan bernilai seni tinggi.
Seminar yang diikuti sekitar 70 peserta dari kalangan pelaku usaha usaha kecil menengah ini, dihadiri salah satu perusahaan Jepang yaitu Natural Bliss Inc, yang diwakili Naohiko Sugimoto.
Pada kesempatan ini, Sugimoto membagikan informasi mengenai kiat menembus pasar Jepang dan melakukan kurasi produk kerajinan yang dibawa peserta seminar.
Sugimoto menyampaikan pola konsumsi masyarakat Jepang telah berubah dari konsumsi produk menjadi konsumsi pengalaman. Menurutnya, konsumen Jepang memandang suatu produk memiliki konsep pleasurable, memorable, and meaningful. Cerita, foto, serta asal usul suatu produk menjadi salah satu cara menarik konsumen Jepang.
Menurut Sugimoto produk kerajinan di Jepang mempunyai kriteria khusus yang harus diperhatikan produsen kerajinan Indonesia.
Kriteria tersebut antara lain desain yang minimalis, warna yang natural, sederhana, berukuran yang tidak terlalu besar, bertekstur halus, tidak ada tambahan bahan kimia dan tidak berbau tajam, serta memprioritaskan kualitas.
Selain itu, produk kerajinan yang dijual harus praktis dan dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, mengikuti siklus musim di Jepang, serta dapat dikemas sebagai kado atau hadiah mengingat masyarakat Jepang mempunyai budaya memberikan hadiah.
“Dengan hadirnya buyer Jepang pada kegiatan ini, diharapkan nantinya produsen kerajinan Yogyakarta dapat bermitra bisnis dengan Natural Bliss Inc milik Sugimoto,” tambah Marolop.
Baca juga: Genjot ekspor, Indonesia promosi produk unggulan di Afrika Selatan
Baca juga: Paviliun Indonesia dipadati pengunjung pada London Coffee Festival
“Seminar ini merupakan salah satu upaya meningkatkan ekspor produk kerajinan Indonesia ke pasar Jepang. Dalam seminar ini pelaku usaha mendapatkan informasi mengenai selera konsumen Jepang dan kiat-kiat berbisnis dengan importir Jepang,” ungkap Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag Marolop Nainggolan lewat keterangannya diterima di Jakarta, Jumat.
Seminar tersebut digelar atas kerja sama Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional dengan Japan External Trade Organization (Jetro), Asosiasi Eksportir dan Produsen Kerajinan Indonesia (ASEPHI), serta Forum Meubel, Kerajinan dan Seni (Formekers) Yogyakarta.
Marolop menjelaskan, kurangnya pemahaman pelaku usaha terhadap tren dan preferensi konsumen Jepang yang memiliki keunikan dengan tingkat kualitas yang tinggi membuat pelaku usaha kerajinan Indonesia mengalami kesulitan dalam menembus pasar Jepang.
Selain itu, kurangnya konsistensi terhadap kualitas dan proses produksi yang masih manual menjadi kendala sektor kerajinan Indonesia dalam memenuhi standar pasar Jepang.
Namun, pasar Jepang masih menjadi andalan bagi sektor kerajinan Indonesia. Indonesia saat ini menjadi pemasok terbesar ketujuh untuk produk kerajinan ke Jepang dengan nilai sekitar 49,07 juta dolar AS pada 2018.
Jika dibandingkan dengan negara lainnya, Indonesia memiliki keunggulan tersendiri dengan berlimpahnya bahan baku alami, harga produk kerajinan yang cukup bersaing di pasar Internasional dan desain produk yang kreatif dan bernilai seni tinggi.
Seminar yang diikuti sekitar 70 peserta dari kalangan pelaku usaha usaha kecil menengah ini, dihadiri salah satu perusahaan Jepang yaitu Natural Bliss Inc, yang diwakili Naohiko Sugimoto.
Pada kesempatan ini, Sugimoto membagikan informasi mengenai kiat menembus pasar Jepang dan melakukan kurasi produk kerajinan yang dibawa peserta seminar.
Sugimoto menyampaikan pola konsumsi masyarakat Jepang telah berubah dari konsumsi produk menjadi konsumsi pengalaman. Menurutnya, konsumen Jepang memandang suatu produk memiliki konsep pleasurable, memorable, and meaningful. Cerita, foto, serta asal usul suatu produk menjadi salah satu cara menarik konsumen Jepang.
Menurut Sugimoto produk kerajinan di Jepang mempunyai kriteria khusus yang harus diperhatikan produsen kerajinan Indonesia.
Kriteria tersebut antara lain desain yang minimalis, warna yang natural, sederhana, berukuran yang tidak terlalu besar, bertekstur halus, tidak ada tambahan bahan kimia dan tidak berbau tajam, serta memprioritaskan kualitas.
Selain itu, produk kerajinan yang dijual harus praktis dan dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, mengikuti siklus musim di Jepang, serta dapat dikemas sebagai kado atau hadiah mengingat masyarakat Jepang mempunyai budaya memberikan hadiah.
“Dengan hadirnya buyer Jepang pada kegiatan ini, diharapkan nantinya produsen kerajinan Yogyakarta dapat bermitra bisnis dengan Natural Bliss Inc milik Sugimoto,” tambah Marolop.
Baca juga: Genjot ekspor, Indonesia promosi produk unggulan di Afrika Selatan
Baca juga: Paviliun Indonesia dipadati pengunjung pada London Coffee Festival
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: