Palembang, Sumatera Selatan (ANTARA) - Area hutan dan lahan yang terbakar di Kabupaten Ogan Komering Ilir sepanjang 2018 mencapai 864 hektare, meningkat signifikan dibandingkan luas hutan dan lahan yang terbakar tahun sebelumnya yang tercatat 179 hektare.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Listiadi Martin di Kayuagung, Jumat, mengatakan kondisi itu mendorong semua pemangku kepentingan meningkatkan kewaspadaan tahun ini.

"Harus diutamakan mitigasi, itu salah satu strateginya," kata dia.

Sumatera Selatan menjadi sorotan pada tahun 2015 karena 736.563 hektare lahan dan hutannya terbakar, sekitar 500.000 hektare di antaranya di OKI. Tahun 2016 luas area yang terbakar di OKI turun drastis menjadi 213 hektare, susut lagi menjadi 179 hektare tahun 2017, namun meluas sampai menjadi 864 hektare tahun 2018.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah OKI sudah memetakan kawasan yang rawan dan sangat rawan mengalami kebakaran lahan dan hutan seluas. Luas area yang termasuk kawasan rawan 554.179 hektare dan kawasan sangat rawan luasnya 603.175 hektare, tersebar di 63 desa.

"Kami sudah miliki peta rawan bencana, belajar dari pengalaman terdahulu maka kami fokus pada kawasan rawan," kata Listiadi.

Kepala Bagian Operasional Polres OKI Kompol Yudha Widyatama Nugraha mengatakan tahun 2018 ada 257 titik api di empat kecamatan rawan kebakaran hutan dan lahan, yakni Pangkalanlampam, Cengal, Sungai Menang dan Tulung Selapan.

"Belajar dari tahun sebelumnya, perlu penajaman pembuatan posko. Posko yang dibuat jangan terlalu jauh dengan kawasan titik api," kata dia.

Sekretaris Daerah Kabupaten OKI Husin mengatakan pemerintah kabupaten akan menetapkan status siaga darurat bencana karena musim kemarau menurut prakiraan datang pada Mei hingga Oktober 2019 dan memuncak pada Agustus 2019.

Baca juga: Pemerintah lanjutkan patroli karhutla antisipasi kedatangan El Nino