Smelter Inalum-Antam dibangun, Indonesia stop impor alumina 2022
4 April 2019 22:12 WIB
Direktur Pelaksana Inalum Oggy Achmad Kosasih (tengah) pada pencanangan pembangunan Proyek SGAR di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Kamis. (ANTARA/Mentari Dwi Gayati)
Mempawah, Kalimantan Barat (ANTARA) - Proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) resmi dilakukan pencanangan pembangunan oleh PT Indonesia Asahan Aluminum (Persero) bekerja sama dengan PT Antam Tbk melalui anak usaha patungan mereka, yakni PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI).
Pabrik pemurnian hilirisasi bauksit menjadi alumina tersebut terletak di Desa Bukit Batu, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek ini direncanakan mulai berproduksi pada kuartal-I 2022 dan diharapkan produk alumina sebagai bahan baku dari aluminium dapat dipenuhi dari dalam negeri, tanpa bergantung pada impor.
"Kebutuhan Indonesia sendiri yang melalui Inalum sebesar 500.000 ton per tahun. Saat ini hampir seluruhnya diimpor dari Australia," kata Direktur Pelaksana Inalum Oggy Achmad Kosasih pada pencanangan pembangunan Proyek SGAR di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Kamis.
Oggy menjelaskan Proyek Pengolahan Smelter Grade Alumina ini rencananya memiliki kapasitas produksi sampai 2 juta ton alumina per tahun. Dalam tahap pertama yang ditandai dengan pencanangan pembangunan ini, SGAR Mempawah memiliki kapasitas awal sebesar 1 juta ton per tahun.
Indonesia memiliki cadangan bauksit terbesar keenam di dunia. Proyek ini akan mengurangi ekspor mineral mentah dan sekaligus ketergantungan impor untuk sumber bahan baku untuk produksi aluminium.
Terbentuknya hilirisasi produk tambang dari bauksit, alumina, hingga aluminium, akan menghemat devisa Indonesia sebesar 200 juta-250 juta dolar AS per tahun.
"Jadi 2 ton alumina sama dengan 1 ton alumnium. Misalnya alumina dengan harga sekarang 400 dolar, berarti devisanya bisa 200 juta dolar AS per tahun dengan produksi sendiri 500 ribu ton per tahun," kata Oggy.
Pencanangan Pabrik Pemurnian Alumina ini merupakan bagian dari upaya melaksanakan salah satu mandat Holding Industri Pertambangan, yakni mendorong hilirisasi produk tambang. Nantinya Inalum, yang memiliki satu-satunya pabrik pemurnian aluminium di Indonesia, akan mendapatkan pasokan alumina dari dalam negeri.
Proyek Pembangunan Pabrik Alumina yang akan dikelola oleh PT BAI akan dibangun di atas lahan seluas 288 Ha di tiga Desa di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek ini juga akan dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga batubara sebesar 3x25 MW.
Pembangunan SGAR Mempawah ini membutuhkan investasi sebesar 850 juta dolar AS dengan alokasi 30 persen dari ekuitas dan 70 persen pendanaan.
Baca juga: Rini "groundbreaking" pembangunan Smelter Grade Alumina Inalum-Antam
Baca juga: Rini targetkan smelter alumina mempawah berproduksi 2020
Baca juga: DPR: integrasi pertambangan bauksit dan industri aluminium jadi keharusan
Pabrik pemurnian hilirisasi bauksit menjadi alumina tersebut terletak di Desa Bukit Batu, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek ini direncanakan mulai berproduksi pada kuartal-I 2022 dan diharapkan produk alumina sebagai bahan baku dari aluminium dapat dipenuhi dari dalam negeri, tanpa bergantung pada impor.
"Kebutuhan Indonesia sendiri yang melalui Inalum sebesar 500.000 ton per tahun. Saat ini hampir seluruhnya diimpor dari Australia," kata Direktur Pelaksana Inalum Oggy Achmad Kosasih pada pencanangan pembangunan Proyek SGAR di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Kamis.
Oggy menjelaskan Proyek Pengolahan Smelter Grade Alumina ini rencananya memiliki kapasitas produksi sampai 2 juta ton alumina per tahun. Dalam tahap pertama yang ditandai dengan pencanangan pembangunan ini, SGAR Mempawah memiliki kapasitas awal sebesar 1 juta ton per tahun.
Indonesia memiliki cadangan bauksit terbesar keenam di dunia. Proyek ini akan mengurangi ekspor mineral mentah dan sekaligus ketergantungan impor untuk sumber bahan baku untuk produksi aluminium.
Terbentuknya hilirisasi produk tambang dari bauksit, alumina, hingga aluminium, akan menghemat devisa Indonesia sebesar 200 juta-250 juta dolar AS per tahun.
"Jadi 2 ton alumina sama dengan 1 ton alumnium. Misalnya alumina dengan harga sekarang 400 dolar, berarti devisanya bisa 200 juta dolar AS per tahun dengan produksi sendiri 500 ribu ton per tahun," kata Oggy.
Pencanangan Pabrik Pemurnian Alumina ini merupakan bagian dari upaya melaksanakan salah satu mandat Holding Industri Pertambangan, yakni mendorong hilirisasi produk tambang. Nantinya Inalum, yang memiliki satu-satunya pabrik pemurnian aluminium di Indonesia, akan mendapatkan pasokan alumina dari dalam negeri.
Proyek Pembangunan Pabrik Alumina yang akan dikelola oleh PT BAI akan dibangun di atas lahan seluas 288 Ha di tiga Desa di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek ini juga akan dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga batubara sebesar 3x25 MW.
Pembangunan SGAR Mempawah ini membutuhkan investasi sebesar 850 juta dolar AS dengan alokasi 30 persen dari ekuitas dan 70 persen pendanaan.
Baca juga: Rini "groundbreaking" pembangunan Smelter Grade Alumina Inalum-Antam
Baca juga: Rini targetkan smelter alumina mempawah berproduksi 2020
Baca juga: DPR: integrasi pertambangan bauksit dan industri aluminium jadi keharusan
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: