Nanning (ANTARA News) - Hubungan ekonomi antara Indonesia dengan Tiongkok dalam beberapa tahun akan makin tumbuh pesat mengingat masing-masing pengusaha menilai sejumlah peluang dan kesempatan masih sangat terbuka lebar disamping adanya dukungan berbagai faktor. "Tiongkok akan menjadi mitra dagang penting bagi Indonesia demikian pula sebaliknya. Tiongkok diperkirakan akan mampu menjadi mitra dagang utama menggantikan Jepang dan Amerika Serikat," kata Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Depdag Bachrul Chairi di Nanning, Wilayah Otonomi, Guangxi, Selasa. Hal tersebut dikemukakan di sela penyelenggaraan China-ASEAN (CAEXPO) yang berlangsung 28-31 Oktober 2007, di Nanning, yang juga diikuti oleh 74 perusahaan Indonesia. Ia mengemukakan, tren pertumbuhan perdagangan kedua negara selama 2002-2005 mencapai 30,76 persen, sementara total perdagangan tahun 2006 naik 24,4 persen dibanding tahun 2005, menjadi 14,98 miliar dolar AS dari 12,50 miliar dolar AS. Dalam tahun 2007 (Januari-Mei), katanya, total ekspor Indonesia ke Tiongkok mencapai 3,72 miliar dolar AS atau naik 21,62 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 3,05 miliar dolar AS. Produk ekspor utama Indonesia ke Tiongkok antara lain minyak kelapa sawit dan produk-produk turunannya, karet alam, batu bara, kelapa dan kopra, barang-barang tembaga serta minyak sayuran. Sementara impor utama Indonesia dari Tiongkok antara lain baja dan besi semi jadi, barang-barang elektronika, kapal dan perlengkapannya, serta sejumlah mesin untuk industri. Kedua negara, kata Bachrul, selama ini masih tetap terus memperbaiki upaya berbagai sengketa dagang yang selama ini masih sering terjadi sehingga sering pula terjadi penolakan produk impor dari masing-masing negara. "Dalam pertemuan Komisi Bersama antara para Mendag di Shanghai September lalu, para Menteri Perdagangan sepakat untuk bisa membentuk kelompok kerja yang bertugas untuk mencari dan menyelesaikan berbagai kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan hubungan ekonomi," katanya. Demikian pula masih adanya sejumlah isu mengenai kesehatan produk makanan, label, serta standarisasi berbagai produk yang juga seringkali masih sering muncul di permukaan. Ia mengatakan, dalam penyelenggaraan CAEXPO, negara-negara ASEAN dan Tiongkok juga melakukan pertemuan untuk mencari solusi mengenai standarisasi kesehatan makanan yang selama ini masih sering terjadi seperti dengan saling menolak produk impor. "Badan Pengawas dan Obat-Obatan (BPOM) juga datang dalam kesempatan ini dan melakukan pertemuan intensif dengan pihak Tiongkok untuk membahas mengenai keselamatan produk makanan," katanya. Sejumlah produk yang saat ini terus menjadi perhatian kedua belah pihak antara lain tekstil, elektronika, produk gelas, ikan dan produk perikanan, kopi dan karet, baja semi proses. (*)