Anto Hoed luruskan anggapan yang salah tentang musik klasik
3 April 2019 19:23 WIB
Komposer, Anto Hoed ditemui dalam jumpa pers Jakarta City Philharmonic di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (3/4/2019) (ANTARA News/Maria Cicilia Galuh)
Jakarta (ANTARA) - Penata musik dan pencipta lagu Anto Hoed berupaya meluruskan anggapan yang salah tentang musik klasik bahwa hanya kaum borjuis yang bisa menikmatinya, padahal siapa saja juga bisa.
"Klasik itu dianggap mahal, dianggap sebagai musik kaum cerah (kelas atas). Musik klasik itu dikira susah dipahami. Karena pengetahuan mereka tentang musik klasik masih jarang, pertunjukannya juga jarang," kata Anto yang menjabat sebagai Komisaris Jakarta City Philharmonic (JCP) dan Ketua Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).
Menurut Anto, saat ini banyak orang yang belum mengenal musik klasik, untuk itu mereka harus mulai menyaksikannya agar bisa memahaminya.
"Orang enggak pernah lihat musik klasik seperti apa. Begitu nonton, orang akan merasa terbawa suasana, attitude-nya (perilaku) berbeda, kayak tidak boleh tepuk tangan," ujar Anto dalam jumpa pers Jakarta City Philharmonic 2019 di Jakarta, Rabu.
Ia kemudian mencontohkan hal lain yang tidak benar, bahwa penonton musik klasik wajib mengenakan jas atau gaun. Menurut dia, pakaian itu sekadar atribut, justru yang terpenting saat menyaksikan pertunjukan musik klasik adalah bagaimana berperilaku yang baik.
"Baju itu kan atribut bukan attitude. Tapi attitude kan susah berubah. Nonton musik klasik itu yang diajarkan attitude-nya bukan bajunya. Yang penting mereka nonton dan dapat substansinya apa. Kita justru senang yang nonton santai, menikmati dengan serius tapi attitude-nya bagus," katanya menjelaskan.
Selain itu, selama ini orang selalu mengira bahwa tiket konser musik klasik harganya mahal. Anto pun menjawab bahwa ada juga acara semacam itu yang digratiskan.
Sementara itu, malam ini akan berlangsung pertunjukan orkestra simfoni Jakarta City Philharmonic di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Ini merupakan tahun keempat dari penyelenggaraan JCP dan jumlah pengunjungnya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Baca juga: "Nyanyian Cinta Negeri" jadi konser penutup JCP tahun 2018
"Klasik itu dianggap mahal, dianggap sebagai musik kaum cerah (kelas atas). Musik klasik itu dikira susah dipahami. Karena pengetahuan mereka tentang musik klasik masih jarang, pertunjukannya juga jarang," kata Anto yang menjabat sebagai Komisaris Jakarta City Philharmonic (JCP) dan Ketua Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).
Menurut Anto, saat ini banyak orang yang belum mengenal musik klasik, untuk itu mereka harus mulai menyaksikannya agar bisa memahaminya.
"Orang enggak pernah lihat musik klasik seperti apa. Begitu nonton, orang akan merasa terbawa suasana, attitude-nya (perilaku) berbeda, kayak tidak boleh tepuk tangan," ujar Anto dalam jumpa pers Jakarta City Philharmonic 2019 di Jakarta, Rabu.
Ia kemudian mencontohkan hal lain yang tidak benar, bahwa penonton musik klasik wajib mengenakan jas atau gaun. Menurut dia, pakaian itu sekadar atribut, justru yang terpenting saat menyaksikan pertunjukan musik klasik adalah bagaimana berperilaku yang baik.
"Baju itu kan atribut bukan attitude. Tapi attitude kan susah berubah. Nonton musik klasik itu yang diajarkan attitude-nya bukan bajunya. Yang penting mereka nonton dan dapat substansinya apa. Kita justru senang yang nonton santai, menikmati dengan serius tapi attitude-nya bagus," katanya menjelaskan.
Selain itu, selama ini orang selalu mengira bahwa tiket konser musik klasik harganya mahal. Anto pun menjawab bahwa ada juga acara semacam itu yang digratiskan.
Sementara itu, malam ini akan berlangsung pertunjukan orkestra simfoni Jakarta City Philharmonic di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Ini merupakan tahun keempat dari penyelenggaraan JCP dan jumlah pengunjungnya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Baca juga: "Nyanyian Cinta Negeri" jadi konser penutup JCP tahun 2018
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: