Ekspansi bisnis, Pelindo III siap bangun terminal LNG di Surabaya
3 April 2019 14:00 WIB
Illustrasi: Kapal kargo gas alam cair (LNG) kelima saat bersandar di Terminal Penerimaan, Hub, dan Regasifikasi LNG Arun, Lhokseumawe, Aceh (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Surabaya (ANTARA) - PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III siap memulai pembangunan terminal LNG di Terminal Teluk Lamong, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, sebagai bagian memperluas ekspansinya bisnis layanan terminal pendukung industri minyak dan gas (migas).
Direktur Transformasi dan Pengembangan Bisnis Pelindo III Toto Nugroho, dalam keterangan persnya di Surabaya, Jawa Timur, Rabu, mengatakan pembangunan terminal itu untuk mendukung operasional di hulu industri migas, mengingat potensi layanan di sektor tersebut sangat besar. Apalagi, kata dia, banyak lahan konsesi Pelindo III yang berada di waterfront atau berbatasan langsung dengan laut.
Pelindo III, kata dia, juga sudah menyiapkan lini usaha khusus yaitu Pelindo Energi Logistik (PEL) yang fokus mengembangkan pelayanan integrasi shorebase terminal atau terminal pelabuhan dengan sejumlah layanan yang siap mendukung logistik pelaku industri migas.
Selain itu, Terminal Gresik di Jawa Timur juga sudah siap memberikan layanan terintegrasi dari kegiatan di laut, seperti kapal sandar hingga kegiatan di darat untuk lokasi penyimpanan.
"Infrastruktur pelabuhan sangat penting untuk disinergikan dalam melayani kebutuhan logistik energi nasional. Pelabuhan merupakan pintu masuk yang dapat berkontribusi untuk menekan cost recovery dari industri migas di Indonesia," katanya.
Ia berharap melalui terminal ini layanan PEL bisa diatasi oleh lini usaha lain dari Grup Pelindo III, mulai dari layanan armada kapal offshore, transportasi truk, mooring-unmooring (penambatan), bongkar muat, penyediaan alat berat, perawatan dan suku cadang peralatan, termasuk penyediaan tenaga kerja professional operasional, pengamanan, kebersihan, dan transportasi. Bahkan jasa klinik kesehatan dan katering untuk pekerja di lokasi khusus.
Dengan lengkapnya layanan dalam satu kawasan, kata dia, potensi efisiensi yang dilakukan akan cukup besar.
Kepala Divisi Penunjang Operasi dan Keselamatan Migas, SKK Migas, Bagus Edvantoro mengapresiasi upaya Pelindo III untuk membantu menekan cost recovery, karena hal itu merupakan isu penting.
Menurutnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kehandalan operasional, personel yang professional, kualitas layanan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3/HSSE).
“Kemudian juga faktor ketepatan waktu penyediaan jasa dan harga yang kompetitif. Integrasi faktor-faktor tadi dibutuhkan untuk mencapai penurunan cost recovery dalam industri migas,” ujarnya.
Baca juga: Harga minyak sentuh tertinggi 2019, Brent dekati 70 dolar
Baca juga: Begini kata pengamat soal kemungkinan retaliasi sawit di debat capres
Direktur Transformasi dan Pengembangan Bisnis Pelindo III Toto Nugroho, dalam keterangan persnya di Surabaya, Jawa Timur, Rabu, mengatakan pembangunan terminal itu untuk mendukung operasional di hulu industri migas, mengingat potensi layanan di sektor tersebut sangat besar. Apalagi, kata dia, banyak lahan konsesi Pelindo III yang berada di waterfront atau berbatasan langsung dengan laut.
Pelindo III, kata dia, juga sudah menyiapkan lini usaha khusus yaitu Pelindo Energi Logistik (PEL) yang fokus mengembangkan pelayanan integrasi shorebase terminal atau terminal pelabuhan dengan sejumlah layanan yang siap mendukung logistik pelaku industri migas.
Selain itu, Terminal Gresik di Jawa Timur juga sudah siap memberikan layanan terintegrasi dari kegiatan di laut, seperti kapal sandar hingga kegiatan di darat untuk lokasi penyimpanan.
"Infrastruktur pelabuhan sangat penting untuk disinergikan dalam melayani kebutuhan logistik energi nasional. Pelabuhan merupakan pintu masuk yang dapat berkontribusi untuk menekan cost recovery dari industri migas di Indonesia," katanya.
Ia berharap melalui terminal ini layanan PEL bisa diatasi oleh lini usaha lain dari Grup Pelindo III, mulai dari layanan armada kapal offshore, transportasi truk, mooring-unmooring (penambatan), bongkar muat, penyediaan alat berat, perawatan dan suku cadang peralatan, termasuk penyediaan tenaga kerja professional operasional, pengamanan, kebersihan, dan transportasi. Bahkan jasa klinik kesehatan dan katering untuk pekerja di lokasi khusus.
Dengan lengkapnya layanan dalam satu kawasan, kata dia, potensi efisiensi yang dilakukan akan cukup besar.
Kepala Divisi Penunjang Operasi dan Keselamatan Migas, SKK Migas, Bagus Edvantoro mengapresiasi upaya Pelindo III untuk membantu menekan cost recovery, karena hal itu merupakan isu penting.
Menurutnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kehandalan operasional, personel yang professional, kualitas layanan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3/HSSE).
“Kemudian juga faktor ketepatan waktu penyediaan jasa dan harga yang kompetitif. Integrasi faktor-faktor tadi dibutuhkan untuk mencapai penurunan cost recovery dalam industri migas,” ujarnya.
Baca juga: Harga minyak sentuh tertinggi 2019, Brent dekati 70 dolar
Baca juga: Begini kata pengamat soal kemungkinan retaliasi sawit di debat capres
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: