Kementerian PUPR bangun batu pemecah ombak di monumen AL Pariaman
2 April 2019 15:23 WIB
Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera V Kementerian PUPR Maryadi Utama (tiga kiri) bersama Wali Kota Pariaman Genius Umar (empat kiri) berfoto bersama saat peletakan batu pertama batu pemecah ombak di Monumen TNI AL di Pariaman, Selasa (2/4/2019). (ANTARA SUMBAR / Aadiaat M.S)
Pariaman, (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun batu pemecah ombak di Monumen TNI Angkatan Laut (AL) Kota Pariaman, Sumatera Barat senilai Rp2,6 miliar.
"Kami bangun ini dengan tujuan agar monumen TNI AL tidak rusak digerus ombak," kata Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera V Kementerian PUPR Maryadi Utama saat peletakan batu pertama batu pemecah ombak di Monumen TNI AL di Pariaman, Selasa.
Ia mengatakan batu pemecah ombak tersebut dibangun dengan panjang 60 meter ke tengah laut yang diharapkan juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Ia menyampaikan pihaknya saat ini fokus membangun batu pemecah ombak di lokasi yang kondisinya sudah parah.
Sedangkan di Monumen TNI di Pariaman dinilai perlu penanganan cepat karena sudah memprihatinkan apalagi lokasinya merupakan salah satu pusat pariwisata di kota itu.
"Ujung-ujungnya pembangunan pemecah ombak ini untuk meningkatkan perekonomian masyarakat," katanya.
Ia menyebutkan tahun lalu pihaknya juga membangun batu pemecah ombak di Pantai Pariaman dan tahun depan pihaknya juga akan membangun bangunan itu dengan nilai Rp2,2 miliar.
Sementara itu, Walikota Pariaman Genius Umar mengatakan adanya Monumen TNI AL di kota itu menunjukkan bahwa daerah itu pernah menjadi daerah penting dalam hal pertahanan.
Ia mengatakan nantinya di ujung batu pemecah ombak tersebut juga akan dibangun gazebo yang mana dapat menambah keindahan Pantai Pariaman.
"Nanti di gazebo itu juga dapat dimanfaatkan sebagai lokasi memancing ikan," ujarnya.
Sebelumnya pada Maret 2017 Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi meresmikan Monumen AL di Pantai Gandoriah Kota Pariaman.
"Peresmian monumen tersebut untuk mengingat sejarah AL di Pariaman pada akhir 1948," katanya.
Ia menjelaskan tahun tersebut merupakan saat-saat menjelang pengakuan Belanda terhadap kedaulatan Indonesia dan saat itu Belanda masih menjalankan agresi militer II di Sumbar.
"Kami bangun ini dengan tujuan agar monumen TNI AL tidak rusak digerus ombak," kata Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera V Kementerian PUPR Maryadi Utama saat peletakan batu pertama batu pemecah ombak di Monumen TNI AL di Pariaman, Selasa.
Ia mengatakan batu pemecah ombak tersebut dibangun dengan panjang 60 meter ke tengah laut yang diharapkan juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Ia menyampaikan pihaknya saat ini fokus membangun batu pemecah ombak di lokasi yang kondisinya sudah parah.
Sedangkan di Monumen TNI di Pariaman dinilai perlu penanganan cepat karena sudah memprihatinkan apalagi lokasinya merupakan salah satu pusat pariwisata di kota itu.
"Ujung-ujungnya pembangunan pemecah ombak ini untuk meningkatkan perekonomian masyarakat," katanya.
Ia menyebutkan tahun lalu pihaknya juga membangun batu pemecah ombak di Pantai Pariaman dan tahun depan pihaknya juga akan membangun bangunan itu dengan nilai Rp2,2 miliar.
Sementara itu, Walikota Pariaman Genius Umar mengatakan adanya Monumen TNI AL di kota itu menunjukkan bahwa daerah itu pernah menjadi daerah penting dalam hal pertahanan.
Ia mengatakan nantinya di ujung batu pemecah ombak tersebut juga akan dibangun gazebo yang mana dapat menambah keindahan Pantai Pariaman.
"Nanti di gazebo itu juga dapat dimanfaatkan sebagai lokasi memancing ikan," ujarnya.
Sebelumnya pada Maret 2017 Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi meresmikan Monumen AL di Pantai Gandoriah Kota Pariaman.
"Peresmian monumen tersebut untuk mengingat sejarah AL di Pariaman pada akhir 1948," katanya.
Ia menjelaskan tahun tersebut merupakan saat-saat menjelang pengakuan Belanda terhadap kedaulatan Indonesia dan saat itu Belanda masih menjalankan agresi militer II di Sumbar.
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: