Kemenristek Dikti dorong budaya membaca mahasiswa calon guru
2 April 2019 12:12 WIB
Sejumlah warga membaca buku di perpustakaan keliling di kawasan pedalaman Landeng, Aceh Utara, Aceh, Minggu (31/3/2019). Pemerintah setempat mengoperasikan mobil perpustakaan keliling ke sejumlah desa pedalaman untuk pemerataan pelayanan bagi warga untuk mendapatkan bahan bacaan bermutu sekaligus upaya pemerintah meningkatkan minat baca masyarakat. ANTARA FOTO/Rahmad/nz. (ANTARA FOTO/RAHMAD)
Pekanbaru (ANTARA) - Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi mendorong mahasiswa para calon tenaga pendidik untuk meningkatkan peran aktif dalam kegiatan perkuliahan sebagai upaya pemerataan serta peningkatan kualitas pendidikan.
Direktur Pembelajaran Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti Dr Paristiyanti Nurwardani di Pekanbaru, Selasa mengatakan salah satu program dalam meningkatkan peran aktif mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar adalah mendorong budaya membaca sebelum kegiatan perkuliahan dimulai.
Dengan budaya tersebut, katanya, mahasiswa yang dikemudian hari menjadi tenaga pendidik tersebut dapat menularkan minat dan cinta membawa kepada siswanya.
"Mahasiswa calon guru akan merasakan manfaat dari membaca dan bisa ditularkan pada siswanya kelak,” katanya.
Selain itu, dia menjelaskan mahasiswa yang terbiasa membaca dan menjadikannya sebagai budaya juga akan memiliki pola pikir dan pola tindak yang komunikatif dan kolaboratif.
"Kemudian mahasiswa juga punya kompetensi critical thinking dan creative thinking. Jadi saya sangat mendukung kegiatan membaca buku bacaan setiap hari di kampus," ujarnya.
Program membaca sebagai budaya sebelum kegiatan perkuliahan di mulai serta penyediaan pojok baca di kampus merupakan salah satu implementasi Program Pintar (Pengembangan Inovasi Kualitas Pembelajaran).
Program yang merupakan kolaborasi antara pemerintah dan Tanoto Foundation tersebut fokus pada tiga pendekatan. Diantaranya adalah membangun praktik pembelajaran, manajemen dan kepemimpinan sekolah dan mendukung Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam pendidikan calon guru.
Sepanjang Januari hingga Maret 2019 ini, terdapat 10 Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) dilibatkan dalam program itu, dengan dua diantaranya merupakan perguruan tinggi di Provinsi Riau, yakni Universitas Riau dan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Salah satu implementasi pelaksanaan kegiatan pelatihan adalah membudayakan kegiatan membaca sebelum pembelajaran dimulai. Mahasiswa melaksanakan kegiatan membaca senyap selama 15 menit secara bersama-sama. Begitupun dengan dosen pengajarnya.
Kegiatan budaya baca ini juga dipraktikkan dalam perkuliahan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau (UNRI). Paren Mahaja yang mengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mulai menerapkan kegiatan membaca 15 menit yang terkait dengan materi perkuliahan.
Kegiatan membaca ini, selain untuk membiasakan mahasiswa membaca, juga memberikan bekal informasi awal bagi mahasiswa untuk aktif berdiskusi. Bahan bacaannya bisa diambil dari buku dan sumber lainnya yang mahasiswa bisa dapatkan di internet.
Baca juga: Lomba bercerita gairahkan budaya minat baca siswa
Baca juga: Jabar segera miliki 600 titik perpustakaan jalanan
Direktur Pembelajaran Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti Dr Paristiyanti Nurwardani di Pekanbaru, Selasa mengatakan salah satu program dalam meningkatkan peran aktif mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar adalah mendorong budaya membaca sebelum kegiatan perkuliahan dimulai.
Dengan budaya tersebut, katanya, mahasiswa yang dikemudian hari menjadi tenaga pendidik tersebut dapat menularkan minat dan cinta membawa kepada siswanya.
"Mahasiswa calon guru akan merasakan manfaat dari membaca dan bisa ditularkan pada siswanya kelak,” katanya.
Selain itu, dia menjelaskan mahasiswa yang terbiasa membaca dan menjadikannya sebagai budaya juga akan memiliki pola pikir dan pola tindak yang komunikatif dan kolaboratif.
"Kemudian mahasiswa juga punya kompetensi critical thinking dan creative thinking. Jadi saya sangat mendukung kegiatan membaca buku bacaan setiap hari di kampus," ujarnya.
Program membaca sebagai budaya sebelum kegiatan perkuliahan di mulai serta penyediaan pojok baca di kampus merupakan salah satu implementasi Program Pintar (Pengembangan Inovasi Kualitas Pembelajaran).
Program yang merupakan kolaborasi antara pemerintah dan Tanoto Foundation tersebut fokus pada tiga pendekatan. Diantaranya adalah membangun praktik pembelajaran, manajemen dan kepemimpinan sekolah dan mendukung Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam pendidikan calon guru.
Sepanjang Januari hingga Maret 2019 ini, terdapat 10 Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) dilibatkan dalam program itu, dengan dua diantaranya merupakan perguruan tinggi di Provinsi Riau, yakni Universitas Riau dan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Salah satu implementasi pelaksanaan kegiatan pelatihan adalah membudayakan kegiatan membaca sebelum pembelajaran dimulai. Mahasiswa melaksanakan kegiatan membaca senyap selama 15 menit secara bersama-sama. Begitupun dengan dosen pengajarnya.
Kegiatan budaya baca ini juga dipraktikkan dalam perkuliahan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau (UNRI). Paren Mahaja yang mengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mulai menerapkan kegiatan membaca 15 menit yang terkait dengan materi perkuliahan.
Kegiatan membaca ini, selain untuk membiasakan mahasiswa membaca, juga memberikan bekal informasi awal bagi mahasiswa untuk aktif berdiskusi. Bahan bacaannya bisa diambil dari buku dan sumber lainnya yang mahasiswa bisa dapatkan di internet.
Baca juga: Lomba bercerita gairahkan budaya minat baca siswa
Baca juga: Jabar segera miliki 600 titik perpustakaan jalanan
Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: