Kementerian Pendidikan sebut rasio peserta ujian dan ruangan timpang
1 April 2019 16:15 WIB
Perwakilan Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat meninjau ujian nasional di SMAN 8 Kota Kediri, Jawa Timur, Senin (1/4/2019). (Antara Jatim/ Asmaul Chusna
Kediri (ANTARA) - Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menemukan ada ketimpangan rasio antara peserta ujian nasional dan ruangan yang digunakan, di mana jumlah siswa per ruangan terlalu banyak, dari idealnya 20 orang.
"Dari segi rasio siswa dan guru pengawas juga kurang pas. Kalau sesuai harusnya tiap 20 siswa ada satu pengawas, ini agak sedikit banyak siswanya," kata petugas supervisi Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Yuniarti Ambarsari Setiowati saat meninjau pelaksanaan ujian nasional di SMAN 8 Kota Kediri, Jawa Timur, Senin.
Ia mengatakan, dalam pemantauan itu ada beberapa hal yang dievaluasi misalnya ketersediaan komputer, kelancaran jaringan, kesiapan panitia, pengawas, ketersediaan teknisi, hingga memantau rasio antara siswa dan guru pengawas.
Ia menambahkan, dari pihak sekolah bisa mengajukan proposal terkait dengan permintaan untuk fasilitas komputer itu. Jika nantinya ada anggaran, sekolah bersangkutan bisa diberikan bantuan, demikian pula fasilitas lainnya yang terkait.
Sementara itu, Kepala Seksi SMA dan Pendidikan Khusus dan layanan Khusus (PKLK) Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jatim Wilayah Kediri Prayitno mengatakan dari hasil pemantauan idealnya memang satu ruangan diisi 20 siswa. Di SMAN 8 Kota Kediri, ternyata diisi lebih dari jumlah ideal itu.
"Yang penting tempat duduk diatur agar tidak saling lirik dan ini tidak ada masalah. Untuk monitoring diserahkan ke pengawas, dan jika ada masalah kami baru meluncur ke sekolah. Di hari pertama ini lancar," kata dia.
Sementara itu, Kepala SMAN 8 Kota Kediri Roziq mengungkapkan jumlah peserta yang ikut ujian nasional di sekolahnya ada 358 orang anak. Dalam ujian itu anak-anak dibagi menjadi enam ruangan dengan dua sesi ujian. Materi pertama ujian adalah bahasa Indonesia.
Ia mengakui jumlah peserta di dalam satu ruangan yang ikut ujian memang lebih dari 20 orang anak, namun jumlah itu masih dalam tahap toleransi. Salah satu yang menjadi kendala adalah biaya operasional serta tenaga.
"Setiap ruangan ada satu teknisi dan satu proktor. Satu laboratorium kalau bisa 20 peserta kemudian pengawas. Karena kalau menyediakan banyak berarti butuh ruangan banyak, padahal untuk LAN (jaringan) butuh biaya banyak, sarana prasarana. Namun, di ruangan ini masih ideal," kata dia.
Saat ujian, anak-anak juga dilarang membawa alat komunikasi termasuk kamera. Di dalam ruangan juga dilarang masuk selain peserta ujian, pengawas, proktor hingga teknisi.
Ia menambahkan, di hari ini ujian berlangsung tanpa kendala teknis, sehingga anak-anak bisa mengikuti ujian dengan lancar.
Secara total di wilayah Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jatim Wilayah Kediri, terdapat lebih dari 4.900 pelajar tingkat SMA di Kota Kediri yang mengikuti ujian nasional pada 2019 ini, sedangkan di tingkat Kabupaten Kediri lebih dari 8.000 pelajar.
Baca juga: UN di sejumlah sekolah Jakarta berjalan lancar
Baca juga: Ombudsman buka Pos Pengaduan UN 2019
"Dari segi rasio siswa dan guru pengawas juga kurang pas. Kalau sesuai harusnya tiap 20 siswa ada satu pengawas, ini agak sedikit banyak siswanya," kata petugas supervisi Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Yuniarti Ambarsari Setiowati saat meninjau pelaksanaan ujian nasional di SMAN 8 Kota Kediri, Jawa Timur, Senin.
Ia mengatakan, dalam pemantauan itu ada beberapa hal yang dievaluasi misalnya ketersediaan komputer, kelancaran jaringan, kesiapan panitia, pengawas, ketersediaan teknisi, hingga memantau rasio antara siswa dan guru pengawas.
Ia menambahkan, dari pihak sekolah bisa mengajukan proposal terkait dengan permintaan untuk fasilitas komputer itu. Jika nantinya ada anggaran, sekolah bersangkutan bisa diberikan bantuan, demikian pula fasilitas lainnya yang terkait.
Sementara itu, Kepala Seksi SMA dan Pendidikan Khusus dan layanan Khusus (PKLK) Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jatim Wilayah Kediri Prayitno mengatakan dari hasil pemantauan idealnya memang satu ruangan diisi 20 siswa. Di SMAN 8 Kota Kediri, ternyata diisi lebih dari jumlah ideal itu.
"Yang penting tempat duduk diatur agar tidak saling lirik dan ini tidak ada masalah. Untuk monitoring diserahkan ke pengawas, dan jika ada masalah kami baru meluncur ke sekolah. Di hari pertama ini lancar," kata dia.
Sementara itu, Kepala SMAN 8 Kota Kediri Roziq mengungkapkan jumlah peserta yang ikut ujian nasional di sekolahnya ada 358 orang anak. Dalam ujian itu anak-anak dibagi menjadi enam ruangan dengan dua sesi ujian. Materi pertama ujian adalah bahasa Indonesia.
Ia mengakui jumlah peserta di dalam satu ruangan yang ikut ujian memang lebih dari 20 orang anak, namun jumlah itu masih dalam tahap toleransi. Salah satu yang menjadi kendala adalah biaya operasional serta tenaga.
"Setiap ruangan ada satu teknisi dan satu proktor. Satu laboratorium kalau bisa 20 peserta kemudian pengawas. Karena kalau menyediakan banyak berarti butuh ruangan banyak, padahal untuk LAN (jaringan) butuh biaya banyak, sarana prasarana. Namun, di ruangan ini masih ideal," kata dia.
Saat ujian, anak-anak juga dilarang membawa alat komunikasi termasuk kamera. Di dalam ruangan juga dilarang masuk selain peserta ujian, pengawas, proktor hingga teknisi.
Ia menambahkan, di hari ini ujian berlangsung tanpa kendala teknis, sehingga anak-anak bisa mengikuti ujian dengan lancar.
Secara total di wilayah Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jatim Wilayah Kediri, terdapat lebih dari 4.900 pelajar tingkat SMA di Kota Kediri yang mengikuti ujian nasional pada 2019 ini, sedangkan di tingkat Kabupaten Kediri lebih dari 8.000 pelajar.
Baca juga: UN di sejumlah sekolah Jakarta berjalan lancar
Baca juga: Ombudsman buka Pos Pengaduan UN 2019
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: