Jakarta (ANTARA) - Film dokumenter Inventing Tomorrow yang digarap sutradara Laura Nix mengungkap kisah inspiratif peneliti remaja dari empat negara yakni, Indonesia, Hawaii, India dan Meksiko dalam menjawab permasalahan lingkungan.

"Indonesia perlu promosi lebih untuk ilmu pengetahuan tidak cuma lewat media sosial tapi juga lewat film," kata Sekretaris Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nur Tri Aries dalam Millenial Talks "Research, Film and Young Inventor" yang terselanggara atas kerja sama LIPI dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia, Jakarta, Senin.

Dia berharap akan banyak sineas Indonesia yang bergeliat dalam film-film yang menonjolkan hasil sains dan inovasi sehingga membangkitkan kesadaran masyarakat atas masalah di kehidupan sehari-hari dan peran sains dalam menjawab tantangan dunia.

"Kita saling belajar supaya masyarakat Indonesia lebih mengenal Indonesia, peneliti Indonesia dan produktivitas penelitian Indonesia," tuturnya.

Dia mengajak semua pihak untuk terus memproduksi film-film sains yang bisa menjadi sumber pendidikan dan penyadartahuan masyarakat.

Peneliti remaja dari empat negara itu mempresentasikan proyek penelitian mereka dalam ajang kompetisi ilmiah internasional untuk remaja, Intel International Science and Engineering Fair 2017 di Los Angeles, Amerika Serikat.

Sutradara Laura Nix menuturkan film Inventing Tomorrow bertujuan untuk mendorong tumbuhnya semangat dan optimisme generasi muda dalam bidang sains.

"Film ini menceritakan bagaimana menyelesaikan masalah lingkungan yang muncul serta berupaya membangkitkan kesadaran publik dan menggerakkan simpati masyarakat dunia untuk juga terlibat dalam penyelesaian masalah lingkungan," ujarnya.

Film Inventing Tomorrow yang berdurasi 87 menit masuk dalam nominasi Grand Jury Prize di Sundance Film Festival 2018 serta menjadi pemenang Documentary Competition Award dalam Seatlle International Film Festival 2018.

Dalam film itu, Indonesia diwakili oleh Intan Utami Putri dan Shofi Latifah Nuha Anfaresi, yang merupakan pelajar SMA Negeri 1 Sungailiat, Bangka, dan pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 2016.

Penelitian dua remaja Indonesia itu berawal dari keprihatinan terhadap dampak buruk pencemaran lingkungan akibat pertambangan timah di perairan pantai Bangka.

"Gimana sih caranya kita berkontribusi bisa harumkan Indonesia di mata dunia, gimana sih kita bisa cari solusi buat lingkungan di sekitar kita, kalau bukan kita siapa lagi," ujar Intan.

Dengan melihat kondisi daerah pantai Bangka yang berair keruh akibat pembuangan hasil samping proses pengolahan biji timah, kedua remaja Indonesia itu melakukan eksperimen dengan menggunakan pasir timah dari laut Bangka untuk menurunkan kadar logam berat timbal pada hasil samping proses pengolahan biji timah.

"Penelitian merupakan jalan bagi saya untuk dapat berpartisipasi dalam menyelamatkan lingkungan sekitar, " tuturnya.

Menurut Intan, film itu mengajak generasi penerus bangsa untuk dapat menemukan solusi dari permasalahan lingkungan lewat meneliti.

Baca juga: Siswa-siswi ikuti International Young Inventor Awards

Baca juga: LIPI Gelar "Young Inventor Awards"