Basarah ajak semua merawat kemajemukan bangsa
31 Maret 2019 21:46 WIB
Wakil Ketua MPR, Ahmad Basarah mengajak bangsa Indonesia mensyukuri dan merawat negara kebangsaan yang majemuk berdasarkan Pancasila karena merupakan salah satu takdir Tuhan Yang Maha Kuasa bagi bangsa Indonesia. Foto Humas MPR
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR, Ahmad Basarah mengajak bangsa Indonesia mensyukuri dan merawat negara kebangsaan yang majemuk berdasarkan Pancasila karena merupakan salah satu takdir Tuhan Yang Maha Kuasa bagi bangsa Indonesia.
"Tidak ada lagi dikotomi apalagi pertentangan antara agama dan negara, atau antara Islam dan Kebangsaan, keduanya saling melengkapi dan saling menguatkan," kata Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah pada Seminar Kebangsaan bersama civitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang beserta sekitar 500 orang guru-guru di lingkungan Muhammadiyah se Malang Raya pada hari Minggu, 31 Maret 2019 di Malang, Jawa Timur.
Pernyataan Basarah didasari atas adanya propaganda di sebagian tengah-tengah masyarakat Indonesia yang masih mempertentangkan antara agama dan negara, antara Islam dan kebangsaan bahkan ingin mengadu domba antara golongan Islam dan golongan nasionalis.
Basarah menjelaskan lebih lanjut bahwa relasi antara Islam dan Kebangsaan sejatinya hubungan keduanya sudah tuntas.
"Tidak ada lagi dikotomi apalagi pertentangan antara agama dan negara, atau antara Islam dan Kebangsaan, keduanya saling melengkapi dan saling menguatkan," kata Basarah.
Lebih lanjut Basarah menjelaskan , Muhammadiyah sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia telah membuktikan hal tersebut.
Hal ini terlihat jelas dalam Putusan Muktamar Muhamadiyah ke- 47 tahun 2015 di Makassar, Sulawesi Selatan dimana Negara Pancasila disebut sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah. Bahwa negara Pancasila merupakan hasil konsensus nasional (dar al-ahdi) dan tempat pembuktian atau kesaksian (dar al-syahadah) untuk menjadi negeri yang aman dan damai (dar al-salam) menuju kehidupan yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat dalam naungan ridla Allah SWT.
Dengan demikian, tambahnya tidak ada lagi alasan apapun, termasuk alasan theologis dan ideologis bagi bangsa Indonesia termasuk umat Islam untuk tidak menerima Pancasila sebagai dasar dan ideologi final bangsa Indonesia.
Basarah kembali menegaskan bahwa Pancasila adalah ideologi terbaik bagi bangsa Indonesia yang majemuk. Kamejemukan bangsa Indonesia merupakan takdir dari Allah SWT.
Sebagai orang beragama dan beriman tentu saja kita harus percaya dengan hukum takdir sebagai bagian dari rukun Iman yang diyakini umat Islam.
Demikian dengan keberadaan bangsa Indonesia yang majemuk. Terdiri dari 17.504 pulau, lebih dari 260 juta penduduk dan 733 bahasa. Puspa ragam kemajemukan itu diikat oleh ideologi Pancasila sebagai pemersatu bangsa Indonesia juga merupakan salah satu takdir Allah SWT bagi bangsa Indonesia. Karena itulah jangan ada lagi yang mengingkari takdir Allah SWT tersebut.
Pada bagian lain Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr. Fauzan M. Pd menyebut bahwa sosok Ahmad Basarah bukanlah orang lain di lingkungan keluarga besar Muhammadiyah. Sebab, sejak cukup lama, sudah dikenal sebagai sosok yang sering menjembatani hubungan antara UMM dengan Jakarta dan juga antara PP Muhamadiyah dengan Bu Mega dan PDI Perjuangan.
"Pak Basarah ini bukan orang lain. Pak Basarah ini keluarga kita sendiri dan telah diputuskan menjadi staf pengajar di Paska Sarjana UMM," jelas rektor UMM tersebut.
"Tidak ada lagi dikotomi apalagi pertentangan antara agama dan negara, atau antara Islam dan Kebangsaan, keduanya saling melengkapi dan saling menguatkan," kata Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah pada Seminar Kebangsaan bersama civitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang beserta sekitar 500 orang guru-guru di lingkungan Muhammadiyah se Malang Raya pada hari Minggu, 31 Maret 2019 di Malang, Jawa Timur.
Pernyataan Basarah didasari atas adanya propaganda di sebagian tengah-tengah masyarakat Indonesia yang masih mempertentangkan antara agama dan negara, antara Islam dan kebangsaan bahkan ingin mengadu domba antara golongan Islam dan golongan nasionalis.
Basarah menjelaskan lebih lanjut bahwa relasi antara Islam dan Kebangsaan sejatinya hubungan keduanya sudah tuntas.
"Tidak ada lagi dikotomi apalagi pertentangan antara agama dan negara, atau antara Islam dan Kebangsaan, keduanya saling melengkapi dan saling menguatkan," kata Basarah.
Lebih lanjut Basarah menjelaskan , Muhammadiyah sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia telah membuktikan hal tersebut.
Hal ini terlihat jelas dalam Putusan Muktamar Muhamadiyah ke- 47 tahun 2015 di Makassar, Sulawesi Selatan dimana Negara Pancasila disebut sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah. Bahwa negara Pancasila merupakan hasil konsensus nasional (dar al-ahdi) dan tempat pembuktian atau kesaksian (dar al-syahadah) untuk menjadi negeri yang aman dan damai (dar al-salam) menuju kehidupan yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat dalam naungan ridla Allah SWT.
Dengan demikian, tambahnya tidak ada lagi alasan apapun, termasuk alasan theologis dan ideologis bagi bangsa Indonesia termasuk umat Islam untuk tidak menerima Pancasila sebagai dasar dan ideologi final bangsa Indonesia.
Basarah kembali menegaskan bahwa Pancasila adalah ideologi terbaik bagi bangsa Indonesia yang majemuk. Kamejemukan bangsa Indonesia merupakan takdir dari Allah SWT.
Sebagai orang beragama dan beriman tentu saja kita harus percaya dengan hukum takdir sebagai bagian dari rukun Iman yang diyakini umat Islam.
Demikian dengan keberadaan bangsa Indonesia yang majemuk. Terdiri dari 17.504 pulau, lebih dari 260 juta penduduk dan 733 bahasa. Puspa ragam kemajemukan itu diikat oleh ideologi Pancasila sebagai pemersatu bangsa Indonesia juga merupakan salah satu takdir Allah SWT bagi bangsa Indonesia. Karena itulah jangan ada lagi yang mengingkari takdir Allah SWT tersebut.
Pada bagian lain Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr. Fauzan M. Pd menyebut bahwa sosok Ahmad Basarah bukanlah orang lain di lingkungan keluarga besar Muhammadiyah. Sebab, sejak cukup lama, sudah dikenal sebagai sosok yang sering menjembatani hubungan antara UMM dengan Jakarta dan juga antara PP Muhamadiyah dengan Bu Mega dan PDI Perjuangan.
"Pak Basarah ini bukan orang lain. Pak Basarah ini keluarga kita sendiri dan telah diputuskan menjadi staf pengajar di Paska Sarjana UMM," jelas rektor UMM tersebut.
Pewarta: Jaka Sugiyanta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019
Tags: