Jayapura (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise mengunjungi dan menghibur anak-anak pengungsi korban banjir bandang Sentani, Minggu.

"Mama Yo milik anak-anak di seluruh Indonesia tanpa diskriminasi," kata Yohana saat berdialog dengan anak-anak pengungsi banjir bandang Sentani di Gedung Olahraga Toware, Doyo Lama, Kabupaten Jayapura.

Kepada anak-anak pengungsi, Yohana meminta mereka untuk bernyanyi. Anak-anak pengungsi yang berani maju dan menyanyikan sebuah lagu, mendapatkan bingkisan oleh-oleh dari Yohana.

Yohana juga sempat menyanyikan beberapa lagu bersama anak-anak pengungsi. Dia mengungkapkan kegembiraannya karena anak-anak tetap bisa bergembira di pengungsian.

"Perempuan di sini kuat-kuat meskipun tinggal di pengungsian. Anak-anak juga tetap bisa bergembira," tuturnya.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise bernyanyi dengan anak-anak pengungsi banjir bandang Sentani saat mengunjungi salah satu titik pengungsian di Gedung Olahraga Toware, Doyo Lama, Kabupaten Jayapura, Minggu (31/3/2019). (ANTARA/Dewanto Samodro)


Kepada anak-anak pengungsi, Yohana menanyakan apakah mereka tetap bisa bersekolah di pengungsian. Menurut dia, dalam penanganan bencana di beberapa daerah, selalu ada sekolah darurat untuk anak-anak pengungsi.

"Kalau ada anak terkena bencana tidak bisa bersekolah, Mama Yo akan cek ke kepala dinasnya. Kalau perlu, Mama Yo akan telepon langsung ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan," katanya.

Yohana mengatakan anak-anak yang tinggal di pengungsian tetap harus dipenuhi hak-haknya, termasuk hak dasar pendidikan.

"Anak-anak harus tetap bersekolah. Mama Yo akan menjaga anak-anak di seluruh Indonesia, termasuk di Papua. Kalian nanti yang akan menjadi menteri menggantikan Mama Yo," tuturnya.

Banjir bandang Sentani terjadi pada Sabtu (16/3) pukul 18.00 hingga 23.30 WIT di Distrik Sentani, Distrik Waibu, Distrik Sentani Barat, Distrik Ravenirara, dan Distrik Depapre.

Banjir bandang di wilayah Kabupoten Jayapura dan sekitarnya terjadi akibat hujan deras di wilayah Pegunungan Cycloops yang sudah gundul.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Jumat (29/3) terdapat 4.763 jiwa atau 963 kepala keluarga yang mengungsi akibat banjir bandang dan luapan Danau Sentani.

Banjir menyebabkan 112 orang meninggal dunia, 2.287 rumah rusak, 59 sekolah rusak, lima jembatan rusak, dua gereja rusak dan tiga kantor pemerintahan rusak.